Saturday, 11 September 2010

Insan Kamil


INSAN KAMIL

Insan kamil begitu didamba,
setiap hamba yang hidup di dunia.
Namun, tidak sembarang orang mengetahui jua,
disampar di sandung ibaratnya,
tidak dirasakan jua, maka
hanya insan terpilih yang mampu melihatnya:
jalma linimpad seprapat bae wus tamat.

Sifat dan keadaan insan kamil itu
hanya dapat dilihat, dirasakan, dan diketahui
oleh mereka yang berbudi rahayu
yang telah sampai derajat luhur berbudi.

Tingkah laku insan kamil bersahaja,
senantiasa menyenangkan mereka:
yang tengah dirundung malapetaka,
dan siapa pun yang datang kepadanya.

Sikapnya terhadap siapa saja
senantiasa ramah dan bersahabat jua
tidak membeda-bedakan ras, suku, agama
semua diperlakukan sebagai saudara.

Tindak-tanduknya tertib dan susila
senantiasa mentaati peraturan yang ada
baik hukum masyarakat maupun negara,
baik hukum alam, adat, maupun agama.

Sedikit berbicara, banyak berkarya
santun bertutur kata, sabar senantiasa
ketika berucap penuh wibawa
tangannya pun tidak bergapaian ke mana-mana.

Roman mukanya cerah ramah semringah
memancar penuh belas kasih,
namun juga tajam berwibawa
siapa pun tentu segan ketika menatapnya.

Sorot matanya tajam bersinar
memandang penuh secara benar.
Meski ia telah masyhur dan tenar,
tidak pernah congkak, tamak, dan takabur.

Pakaian yang digunakan bersahaja,
tidak ada baju kebesaran seperti raja,
tidak bertongkat dan tidak bermahkota,
sehari-hari hanya berpakaian baju biasa.

Sederhana, bersahaja hidupnya:
meski semua telah dipunyainya,
tidak pernah memamerkan hartanya,
karena telah berderajat luhur dan mulia.

Kesabaran yang dimiliki sungguh luar biasa
bagaikan tiada tepi samudra raya,
tidak pernah meluap nafsu amarahnya,
teratur, ajeg, dan tekun hingga tercapai cita-cita mulia.

Insan kamil sungguh pemaaf dan adil paramarta
berbudi bawa leksana
kasih sayang terhadap sesama
menghormati semua agama
menetapi kewajiban penuh tata susila
setia pada undang-undang negara dan peraturannya
semua diperlakukan sama, tanpa mengabaikan tata krama
senantiasa menghormati orang tua dan saudara
juga guru dan pelajaran keutamaan dihormatinya
tidak berganti nama, dan tidak ingin dipuja-puja
saling melindungi dan menjaga
tata ketentraman dunia raya, dan
senantiasa berbakti kepada Tuhan yang Maha Esa
melalui Utusan-Nya yang abadi sepanjang masa.

Bekasi, 11 September 2010

No comments:

Post a Comment

Pertemuan 15 Teori Sastra Tempatan