Friday 18 November 2016

TRILOGI SEMIOLOGI


Trilogi semiologi merupakan tiga buku tentang semiologi atau semiotika yang ditulis oleh Puji Santosa. Buku pertama berjudul “Ancangan Semiotika dalam Pengkajian Susastra”, pertama terbit pada tahun 1993 oleh penerbit Angkasa Bandung, dan cetak kedua edisi revisi pada tahun 2013. Buku kedua berjudul “Bahtera Kandas di Bukit: Kajian Semiotika Sajak-Sajak Nuh” merupakan tesis S-2 yang diterbitkan oleh Tiga Serangkai Pustaka Mandiri pada tahun 2003. Sekarang tampil buku ketiga berjudul “WS Rendra dalam Semiologi Komunikasi” yang diterbitkan oleh Azzagrafika Yogyakarta pada tahun 2016.

W.S. Rendra dalam Semiologi Komunikasi merupakan hasil kajian penelitian sastra atas puisi “Rakyat adalah Sumber Ilmu” karya W.S. Rendra dengan pendekatan semiologi komunikasi. Semiologi komunikasi merupakan aliran semiologi yang ditekuni oleh para peneliti yang mempelajari tanda sebagai bagian dari proses komunikasi, meliputi (1) komunikasi otonom: teks sastra sebagai variabel semiologi, (2) komunikasi ekspresif: pengarang sebagai variabel semiologi, (3) komunikasi pragmatik: pembaca sebagai variabel semiologi, dan (4) komunikasi mimetik: kenyataan dan karya sastra sebagai variabel semiologi. Dari empat variabel semiologi komunikasi itu kemudian dipumpunkan untuk memperoleh pesan atau amanat puisi “Rakyat adalah Sumber Ilmu” secara semiologi yang meliputi tafsir amanat berdasarkan sentuhan kebahasaan, sentuhan estetika, dan sentuhan humaniora. Hal ini berkenaan dengan fungsi sastra atas tesis dan antitesis Haratio, dulce et utile, menyenangkan dan berguna bagi pembaca sebagai khatarsis. Sebagai seorang budayawan yang cendekia, jelas bahwa Rendra mampu merajut kearifan budaya, khususnya budaya Jawa dengan pemikiran dunia global dalam jalinanan hidup harmoni budaya Barat dan Timur. Meski ada riak dan gelombang konflik batin menerpa dirinya, W.S. Rendra tampak tegar menghadapi dengan menerobos spirit tradisional dan menyelaraskan kedua hal tersebut. Hidup sekadar mengalir dan menjalankan amanah penuh dengan kejujuran, kesabaran, keberterimaan, kerelaan, dan akhirnya mencapai tataran ke budi pekerti luhur sebagai solusi membebaskan diri manusia dari belenggu yang mengepungnya. 


KATA PENGANTAR PENERBIT

W.S. Rendra semasa hidupnya adalah penyair besar, sastrawan Indonesia modern yang berwawasan dunia, dan budayawan bangsa Indonesia yang cerdas cendekia. Penyair yang dilahirkan di Kampung Jayengan, Surakarta, Jawa Tengah, 7 November 1935, dan berpulang ke rahmatullah, 6 Agustus 2009, di Jakarta, serta dimakamkan di kompleks Kampus Bengkel Teater Rendra, Cipayung Jaya, Depok, Jawa Barat, mempunyai pemikiran besar yang diwariskan kepada generasi penerus bangsa Indonesia melalui karya sastra yang ditulisnya. Karya-karya puisi Rendra yang terkumpul dalam Ballada Orang-orang Tercinta (1957), Empat Kumpulan Sajak (1961), Blues untuk Bonnie (1971), Sajak-Sajak Sepatu Tua (1972), Potret Pembangunan dalam Puisi (1980), Disebabkan Oleh Angin (1993), dan Doa untuk Anak Cucu (2013) merupakan bukti nyata kreativitas estetik penyair dalam berolah intelektual dengan pemikiran dan gagasan besar tentang perubahan zaman yang mengglobal. Salah satu puisi karya Rendra, “Rakyat Adalah Sumber Ilmu” (1975), menjadi objek penelitian humaniora dengan pendekatan semiologi komunikasi yang dipaparkan dalam buku ini, membuktikan bahwa sang maestro sastra, si burung merak, W.S. Rendra, mempunyai pemikiran dan gagasan besar tentang perubahan zaman yang mengglobal dengan menerobos spirit tradisional. Siapa pun orangnya bilamana tidak siap menghadapi perubahan zaman yang mengglobal tersebut akan hanyut dilibas oleh dahsyatnya arus zaman.
Puji Santosa, melalui buku W.S. Rendra dalam Semiologi Komunikasi, berusaha memaparkan dan menganalisis puisi “Rakyat adalah Sumber Ilmu” karya W.S. Rendra melalui pendekatan semiologi komunikasi yang meliputi: (1) komunikasi otonom: teks sastra sebagai variabel semiologi, (2) komunikasi ekspresif: pengarang sebagai variabel semiologi, (3) komunikasi pragmatik: pembaca sebagai variabel semiologi, dan (4) komunikasi mimetik: kenyataan dan karya sastra sebagai variabel semiologi. Melalui penelitian ini membuktikan bahwa W.S. Rendra memang layak sebagai maestro sastra yang mampu merajut masalah kearifan budaya Jawa yang dipadukan dengan pemikiran global yang melanda dunia saat ini. Suatu analisis tajam yang mampu memberi banyak wawasan tentang kehidupan bagi pembacanya. Oleh karenanya, Penerbit Azzagrafika dengan bangga menerbitkan buku kajian ilmiah bidang sastra ini dan menyajikannya yang terbaik kepada masyarakat pembaca di seantero dunia. Selamat berapresiasi dan berpatisipasi atas sajian terbitan kami ini.
                                                                                                                                Penerbit
                                                                                                                                Azzagrafika Yogyakarta

PENGANTAR PENYUNTING AHLI
Sastra berbicara tentang kehidupan, bukan kata-kata kosong yang tidak bermakna dengan menggunakan bahasa sebagai media penyampaiannya dan seni imajinatif sebagai lahan budayanya—bahkan ada yang mengatakan bahwa sastra itu sebagai realitas-imajiner, yakni suatu realitas yang dibumbuhi dengan imajinasi pengarang dalam menghadapi realitas. Oleh sebab itu, sastra bersifat multidimensi dan multi-interpretasi. Media bahasa, seni imajinatif, dan lahan budaya yang berbicara tentang kehidupan itu terangkum menjadi karya sastra, baik prosa, puisi, maupun karya drama. Oleh karena itu, karya sastra juga merupakan visi atau juga pandangan dunia (world-view) pengarangnya. Pandangan dunia pengarang itu merupakan respons terhadap berbagai masalah kehidupan yang dihadapi pengarang. Menurut Soedjatmoko (dalam Lubis, 1979:173) masalah dasar kehidupan yang dihadapi oleh manusia di dunia ini ada delapan masalah atau delapan hal. Kedelapan masalah atau delapan hal tersebut adalah: (1) maut, (2) tragedi, (3) cinta, (4) harapan, (5) pengabdian, (6) kekuasaan, (7) makna dan tujuan hidup, dan (8) hal-hal yang transendental dalam kehidupan manusia. Atas dasar masalah kehidupan yang dihadapi oleh manusia, termasuk juga seorang penyair atau sastrawan, tentu berusaha agar dapat menyelesaikan masalah dengan baik sesuai dengan kemampuannya.
                Sastrawan Indonesia modern yang kreatif dan dinamis, karena banyak menulis dan berkarya dalam berbagai lapangan kesenian dan budaya, salah satunya adalah WS Rendra, tidak tinggal diam begitu saja berpangku tangan ketika menghadapi berbagai masalah, hambatan, gangguan, dan tantangan yang ada di seputar kehidupannya, baik yang berasal dari dorongan dalam dirinya sendiri maupun yang berasal dari luar dirinya. Akan tetapi, sudah barang tentu setiap saat W.S. Rendra berusaha merespons tantangan hidup yang dihadapinya itu melalui cara, pandangan, pendirian, dan sikapnya yang banyak dipengaruhi oleh filsafat Jawa dan dunia global sebagai sistem pandangan hidup tentang semesta raya seisinya. Oleh karena itu, penelusuran akar kepenyairan W.S. Rendra oleh Puji Santosa melalui kajian puisi “Rakyat adalah Sumber Ilmu”, menggunakan pendekatan semiologi komunikasi, sebagai titik pijak memandang permasalahan yang dihadapi sang penyair dalam merajut kearifan budaya, yakni memadukan masalah arus global dunia dengan ilmu pengetahuan dan teknologi canggih sebagai bentuk alternatif kearifan budaya yang bernuansakan Jawa dengan nilai adiluhung dan edipeni.
                Dengan merasa bangga dan senang saya menyunting teknis, bahasa, dan isi buku W.S. Rendra dalam Semiologi Komunikasi yang ditulis oleh Puji Santosa ini. Sungguh luar biasa buku ini banyak memberi inspirasi kepada masyarakat akan kearifan budaya Jawa yang dipadukan dengan arus pemikiran global tentang laju ilmu pengetahuan dan teknologi canggih dewasa ini. Pembaca dapat memetik manfaat dari kajian atas kepenyairan W.S. Rendra yang terungkap pada puisi “Rakyat adalah Sumber Ilmu” dalam menyikapi masalah kehidupan yang dihadapinya sehari-hari. Hal ini bertujuan agar masyarakat pembaca mampu membuka cakrawala pemikirannya atas kenyataan bahwa kearifan budaya diperlukan guna membangun peradaban yang lebih bermartabat. Salam kami.
                                                                                                                Drs. Dhanu Priyo Prabowo, M.Hum.
                                                                                                                Peneliti Utama Bidang Sastra

KATA PENGANTAR PENULIS
Didorong adanya perkembangan dan kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi canggih dewasa ini, memacu penulis untuk berusaha mengikutinya dengan saksama agar tidak merasa tertinggal oleh arus zaman. Laju ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini dirasakan semakin sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan zaman. Komunikasi dan transportasi yang semakin cepat, praktis, canggih, dan global, merupakan bukti nyata perubahan dunia dan kemajuan kebudayaan manusia. Namun, perubahan dunia serta kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut tanpa diimbangi oleh pengetahuan humaniora, yang senantiasa memberi sentuhan hati kepada manusia, tentu dirasakan akan menjauhkan manusia itu sendiri dari kenyataan sehari-hari yang urgen. Oleh karena itu, mengenal lebih dekat dengan Sang Maestro Sastra, Si Burung Merak, W.S. Rendra, meski hanya melalui puisi “Rakyat adalah Sumber Ilmu” (1975), yang berisi pemikiran dan gagasan besar tentang perubahan zaman yang mengglobal, dapat menjadi salah satu alternatif solusi memecahkan masalah manusia dari belenggu yang mengepungnya.
                W.S. Rendra dalam Semiologi Komunikasi merupakan hasil kajian penelitian sastra atas puisi “Rakyat adalah Sumber Ilmu” karya W.S. Rendra dengan pendekatan semiologi komunikasi, yang meliputi (1) komunikasi otonom: teks sastra sebagai variabel semiologi, (2) komunikasi ekspresif: pengarang sebagai variabel semiologi, (3) komunikasi pragmatik: pembaca sebagai variabel semiologi, dan (4) komunikasi mimetik: kenyataan dan karya sastra sebagai variabel semiologi. Dari empat variabel semiologi komunikasi itu kemudian dipumpunkan untuk memperoleh pesan atau amanat puisi “Rakyat adalah Sumber Ilmu” secara semiologi yang meliputi tafsir amanat berdasarkan sentuhan kebahasaan, sentuhan estetika, dan sentuhan humaniora. Hal ini berkenaan dengan fungsi sastra atas tesis dan antitesis Haratio, dulce et utile, menyenangkan dan berguna bagi pembaca sebagai khatarsis. Sebagai seorang budayawan yang cendekia, jelas bahwa Rendra mampu merajut kearifan budaya, khususnya budaya Jawa dengan pemikiran dunia global dalam jalinanan hidup harmoni budaya Barat dan Timur. Meski ada riak dan gelombang konflik batin menerpa dirinya, W.S. Rendra tampak tegar menghadapi dengan menerobos spirit tradisional dan menyelaraskan kedua hal tersebut. Hidup sekadar mengalir dan menjalaninya penuh dengan kejujuran, kesabaran, keberterimaan, kerelaan, dan akhirnya mencapai tataran ke budi pekerti luhur sebagai solusi membebaskan diri manusia dari belenggu yang mengepungnya.
                Salam dan doa senantiasa menyertai pembaca di mana pun berada, ke mana pun tujuan akhir hidup hendak dilabuhkan, serta beraktivitas apa pun sesuai dengan amanah yang menjadi tanggung jawabnya, semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan kasih, anugerah, tuntunan, pencerahan, daya kekuatan lahir batin, dan perlindungan-Nya, agar dapat melaksanakan kewajiban lahir batin dengan sempurna. Amin.
                                                                                                                                                               
Jakarta, 28 Oktober 2016                                                                                                                            Penulis


DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR PENERBIT ..............................................................................................................         iii
PENGANTAR PENYUNTING AHLI ........................................................................................................         v
KATA PENGANTAR PENULIS .................................................................................................................         vii
DAFTAR ISI ....................................................................................................................................................         ix
BAB I    PENDAHULUAN ...........................................................................................................................       1
BAB II   KERANGKA DASAR TEORI SEMIOLOGI KOMUNIKASI ...............................................      25
                2.1 Pengertian Semiologi Komunikasi .............................................................................      25
                2.2 Semiologi Komunikasi Tiga Tataran ........................................................................      28
                2.3 Semiologi Komunikasi Riffaterre .............................................................................      31
                2.4 Semiologi Komunikasi Jakobson ..............................................................................       34
                2.5 Semiologi Komunikasi Abrams ...............................................................................        40
BAB III KOMUNIKASI OTONOM: TEKS SASTRA SEBAGAI VARIABEL SEMIOLOGI .....      51
                3.1 Deskripsi Teks Puisi “Rakyat Adalah Sumber Ilmu” ........................................       52
                3.2 Tanda-Menanda Struktur Teks Puisi .........................................................................    56
                3.3 Tabiat Tanda-Menanda Tataran Kebahasaan .......................................................... 71
                3.4 Tabiat Tanda-Menanda Tataran Mitis ....................................................................     86
BAB IV KOMUNIKASI EKSPRESIF: PENGARANG SEBAGAI VARIABEL SEMIOLOGI ......101
                4.1 Latar Sosial-Budaya Pengarang ...............................................................................        101
                4.2 Beberapa Karya Monumental Rendra .......................................................................... 111
                4.3 Sastra Menginspirasi dan Memotivasi Ciptaan Penyair......................................... 120
                4.4 Sastra Sebagai Ekspresi Pribadi dan Kolektif ............................................................ 122
                4.5 Sastra Sebagai Wawasan Dunia ....................................................................................... 135
                4.6 Sastra Sebagai Kesadaran Alam dan Kebudayaan ..............................................    138
                4.7 Sastra Sebagai Respon Problem Dasar Kehidupan .........................................       143
BAB V KOMUNIKASI PRAGMATIK: PEMBACA SEBAGAI VARIABEL SEMIOLOGI ..........   159
                5.1 Peran Pembaca Sastra .................................................................................................      159
                5.2 Persiapan Penelitian Lapangan .................................................................................... 161
                5.3 Hasil dan Pembahasan Penelitian Lapangan ....................................................      170
                5.4 Simpulan Hasil Penelitian Lapangan ........................................................................ 198
BAB VI KOMUNIKASI MIMETIK: KENYATAAN DAN KARYA SASTRA SEBAGAI VARIABEL
                SEMIOLOGI ................................................................................................................................. 201
                6.1 Mimetik Sebagai Variabel Semiologi ........................................................................ 201
6.2 Dunia Alternatif  Terhadap Kenyataan ....................................................................... 202
                6.3 Ilmu dan Pengetahuan ...................................................................................................  212
                6.4 Sumber Pengetahuan ...................................................................................................... 215
                6.5 Pendidikan Sebagai Praktik Pembebasan .............................................................. 220
                6.6 Pujangga dan Raja ............................................................................................................ 225
                6.7 Intertekstual Sastra ......................................................................................................... 230
BAB VII TAFSIR PUISI “RAKYAT ADALAH SUMBER ILMU”....................................................... 269
                7.1 Tema “Rakyat Adalah Sumber Ilmu” ........................................................................  270
                7.2 Tafsir Amanat Berdasarkan Sentuhan Kebahasaan ........................................... 276
                7.3 Tafsir Amanat Berdasarkan Sentuhan Estetika ................................................... 278
                7.4 Tafsir Amanat Berdasarkan Sentuhan Humaniora ............................................ 279
BAB VIII PENUTUP ................................................................................................................................... 283
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................................... 287
INDEKS .......................................................................................................................................................... 297
LAMPIRAN ...................................................................................................................................................305
BIODATA PENULIS ....................................................................................................................................…           313

Sunday 6 November 2016

Mahir Berbahasa Indonesia dengan Baik, Benar, dan Santun

Bahasa Indonesia adalah mata kuliah dasar umum di setiap perguruan tinggi yang wajib diikuti oleh mahasiswa sebagai mata kuliah pengembangan kepribadian (MPK). Hal ini sesuai dengan Surat Keputusan Direktur Jenderal Pendi­dikan Tinggi (SK Dirjen DIKTI), Departemen Pendidikan Nasional, Nomor 43/DIKTI/Kep/2006, tanggal 6 September 2006, tentang Rambu-rambu Pelaksa­naan Kelompok Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK) di Perguruan Tinggi. Mata kuliah bahasa Indonesia sebagai MPK memum­punkan keterampilan mahasiswa menggunakan baha­sa Indonesia dengan baik, benar, dan santun.
Bahasa Indonesia sudah memiliki kaidah bahasa yang baik dan benar. Dokumentasi bahasa Indonesia secara baik dan benar baru pada tataran kaidah bahasa yang baik dan benar dalam bentuk tata bahasa, pedoman pembentukan istilah, dan pedoman ejaan bahasa Indonesia yang disem­purnakan. Hal itu tentunya belumlah cukup un­tuk memben­tuk kepribadian bangsa yang berbu­daya, bera­dab, dan ber­martabat. Berbahasa Indonesia dengan santun tentunya menjadi dambaan setiap orang agar seseorang mampu menjaga harkat, martabat, jatidiri, dan menghor­mati orang lain sehingga menjadi bangsa yang berbudaya dan beradab. Seseorang yang senantiasa menja­ga harkat, martabat, dan jatidirinya adalah subtansi dari kesantunan, sedangkan menghormati orang lain adalah sifat beradab (berbudi halus dan berpe­kerti luhur).
Keterampilan berbahasa mahasiswa dapat dibina me­lalui kegiatan menyimak, membaca, berbicara, dan menulis dengan keterampilan menulis akademik sebagai pumpunan­nya. Ma­teri menyimak dapat dilakukan di dalam kelas keti­ka terja­di kegiatan belajar mengajar, bersemuka dengan pengasuh. Materi membaca meliputi (a) membaca pustaka wajib, (b) membaca artikel ilmiah, (c) membaca resensi buku, dan (d) mengakses informasi melalui internet. Materi berbicara meliputi (a) tanya jawab, (b) berdiskusi, (c) presentasi, dan (d) berpidato. Materi menulis meliputi (a) menulis artikel ilmiah, (b) menulis surat dinas, (c) menulis resensi buku, dan (d) menulis karya tulis ilmiah lengkap.
Akhirnya, modul sederhana ini semoga bermanfaat bagi mahasiswa walau hanya setitik air di tengah lautan keilmuan. Kritik dan saran tetap kami harapkan demi perbaikan modul ini di masa akan datang. Amin.

Jakarta, 1 September 2015                                                                        Puji Santosa



Thursday 7 July 2016

SELAMAT KEMENANGAN


SELAMAT KEMENANGAN

Berpuasa Ramadhan telah kita selesaikan
Selama sebulan dengan penuh kesadaran
Berupaya melaksanakan perintah Tuhan
Rasa haus dan lapar senantiasa ditahan
Sebulan perang melawan segala godaan
1 Syawal 1437 Hijriah hari kemenangan
Doa dan puji syukur selalu dipanjatkan

Kepada semua handaitolan
Kami sekeluarga mengucapkan:
Selamat Idul Fitri, ya Selamat Lebaran
Salah dan kilaf mohon dimaafkan
Agar lahir batin kembali tersucikan
Senantiasa dalam lindungan Tuhan
Hidup sejahtera membahagiakan.

Bekasi, 1 Syawal 1437 Hijriah.









Pertemuan 15 Teori Sastra Tempatan