Tuesday 10 February 2015

RILA LAMUN KETAMAN, NORA GETUN LAMUN KELANGAN



RILA LAMUN KETAMAN,
NORA GETUN LAMUN KELANGAN


Secara harfiah makna: rila lamun ketaman,
nora getun lamun kelangan, dapat diartikan:
tulus ikhlas bilamana mendapat kemalangan,
dan tidak akan menyesal bilamana kehilangan.

Sejatinya apa yang disebut dengan tulus ikhlas, rela:
kesediaan hati untuk menyerahkan semua miliknya,
wewenang, dan semua buah perbuatannya kepada                     
Tuhan yang Maha Esa, dengan rasa lila legawa.
Hal itu menyadari bahwa semuanya berada
di dalam Kekuasaan Tuhan yang Maha Esa,
oleh karena itu, haruslah dan wajib tidak ada
sesuatu apa saja yang membekas di hati kita.

Orang mempunyai watak rela tidak sepantasnya
mengharapkan imbalan jasa atas jerih payahnya,
apalagi jikalau engkau sampai bersusah jiwa raga,
berkeluh-kesah mengaduh mengenai semua derita
yang lazimnya disebut dengan hina papa sengsara,
penghinaan, fitnah, makian, kehilangan harta benda,
derajat, jabatan, pangkat, kematian, dan sebagainya.

Sudah tentu orang yang berwatak rela
tidak mempunyai keinginan sedikit juga
akan kehormatan dan kemasyhuran dunia,
apalagi rasa iri, dengki, tamak, aniaya, dan loba,
serta tidak suka mencampuri urusan orang lainnya.

Jadi, orang yang sudah mempunyai watak rela:
tidak lekat pada segala sesuatu yang bersifat fana,
tidak terbelenggu oleh hal-hal yang bersifat dunia,
tetapi dia tidak melalaikan tugas dan kewajibannya.

Dengan demikian, pada inti atau hakikatnya:
apabila engkau ingin mempunyai watak rela,
belajar dan biasakan tulus membantu sesama,
memberi pertolongan bilamana engkau diminta
oleh siapa saja, berilah bantuan semampunya,
tentulah terutama untuk suatu perbuatan utama,
sesuaikan keadaan dan kemampuan yang ada.

Cara yang demikian itulah nantinya Anda niscaya,
sedikit demi sedikit apa yang terjadi dapat diterima,
dan apa yang terlepas, hilang, juga lenyap dari kita
tidak menyesal, tidak sedih, dan tidak berduka lara,
sebabnya engkau sudah sampai pada tataran utama:
tak dikuasai dan mengusai silap pesona maya dunia.

Sentul, 9 Februari 2015


No comments:

Post a Comment

Pertemuan 15 Teori Sastra Tempatan