CURIGA MANJING WARANGKA,
WARANGKA MANJING CURIGA
Secara harfiah: curiga manjing warangka,
warangka manjing curiga,
dapat bermakna:
keris pusaka masuk ke dalam
sarungnya,
sarung keris pusaka masuk dalam
pusaka.
Pada umumnya dipahami hubungan
antara
pemimpin yang bertindak sebagai
penguasa
dengan bawahannya, sebagai
rakyat jelata,
ada saling memperlakukan di
antara mereka
timbal balik sepadan yang
senantiasa terjaga
lalu, tidak saling curiga, tetapi saling
percaya,
akan hak dan kewajiban yang diperankannya.
Tapi dalam filosofis metafisika budaya Jawa
curiga
manjing warangka, dapat
bermakna
Roh Suci jiwa manusia merasuk ke busana
empat anasir: api, air, tanah, dan suasana
hingga terciptalah kehidupan di jagat raya.
Sementara itu, warangka manjing curiga
bermakna: empat anasir yang jadi busana
kembali ke asal mula dahulu diciptakannya,
dan Roh Suci kembali bertunggal Yang Esa.
Bagi mereka yang menuntut ilmu kusukmaan
dipahami upaya laku bertunggal dengan Tuhan,
keberhasilan bersatunya hamba dengan Tuhan,
Bima masuk ke Dewa Ruci, Sang Kepribadian:
warangka masuk ke dalam kerisnya, diibaratkan
sudah meraga sukma atau berbadan kesukmaan.
Laku hamba hendak bertunggal ada empat tataran:
bertunggal dengan berolah kemakrifatan Tuhan,
bertunggal dengan menyatukan diri afngal
Tuhan,
bertunggal dengan menjalankan sifat-sifat
Tuhan,
bertunggal dengan berolah tapa brata,
menaklukan
watak Aku yang merasa super, paling
menakjubkan
hingga angan-angan dapat terselam dari
keramaian,
Roh Suci bangun, dan kemudian dapat
meleburkan
diri bersatu padu dengan Tuhan Yang
Maharahman.
No comments:
Post a Comment