Saturday, 14 February 2015

MATI SIJI MATI KABEH, MUKTI SIJI MUKTI KABEH

MATI SIJI MATI KABEH,
MUKTI SIJI MUKTI KABEH

Secara harfiah peribahasa di atas bermakna:
mati satu mati semua, mulia satu mulia semua,
merepresentasikan kepribadian orang jemawa
sebagai dasar pembenaran atas pilihan sikapnya.  

Jikalau seseorang menginginkan sesuatu, apa saja,
misal saja pangkat, jabatan, harta, dan juga wanita,
bilamana dalam usahanya mendapatkan tidak bisa,
artinya gagal, orang lain tidak boleh menikmatinya,
dicarinya pelbagai usaha agar yang lain gagal juga,
kalau perlu sampai kehilangan jiwa dikorbankannya
lebih baik mati berkalang tanah daripada sengsara,
sebaliknya, jika berhasil mendapatkan keinginannya
kawan seperjuangan ikut menikmati kemuliaannya.

Dalam kehidupan masyarakat dapat terjadi peristiwa
seorang lelaki mengingkan seorang wanita pujaannya,
tetapi seorang wanita itu menolak, tidak mau menerima,
akibatnya sang lelaki menjadi mata gelap, membabibuta,
tidak boleh lelaki lain mendapatkan si wanita pujaannya,
lalu, dicarilah usaha untuk dapat membunuh si wanita,
setelah berhasil wanita terbunuh, dirinya bunuh diri juga,
sehingga semua tidak dapat mimiliki si pujaan hatinya.
Sebaliknya, jikalau lamaran si lelaki itu dapat diterima,
mereka yang jadi perantara ikut juga merasa bahagia,
ada kebersamaan dan kesetiaan yang seia sekata:
mati satu mati semua, mulia satu mulia semua.

Hati-hati akan sekte yang mengajarkan dogma
mati satu mati semua, mulia satu mulia semua
menganggap kehidupan di dunia penuh dusta,
penuh tipu daya, tempat segala angkara murka,
banyak bencana sehingga derita tiada hentinya
dan terus-menerus mendera kehidupan manusia
mau tidak mau kita harus segera menghentikannya
oleh karenanya, mati bersama menuju rumah bapa
itu lebih terasa mulia dan bahagia kembali ke surga
tidak lagi merasakan hidup papa sengsara hina dina.

Sentul, 13 Februari 2015



No comments:

Post a Comment

Pertemuan 15 Teori Sastra Tempatan