Monday 9 February 2015

CRAH AGAWE BUBRAH, RUKUN AGAWE SANTOSA




CRAH AGAWE BUBRAH,
RUKUN AGAWE SANTOSA

Secara harfiah makna yang dapat diberikan
pada peribahasa yang sudah lazim di depan
bahwa pertengkaran akan membuat berantakan,
kerukunan menjadikan persatuan dan kesentosaan.

Bilamana dalam masyarakat sibuk dengan pertikaian,
mengklaim kebenaran dan mengabaikan kerukunan,
tentu mengakibatkan masyarakat menjadi berantakan,
mudah diadu domba, dan juga diambilnya keuntungan
hingga masyarakat semakin hidup penuh penderitaan.

Berkacalah pada sapu lidi yang bersatu dalam ikatan.
Bilamana sapu lidi sendirian akan mudah dipatahkan,
tidak dapat untuk menyapu, membersihkan halaman,
sebaliknya jikalau sapu lidi terkumpul dalam kesatuan,
terikat oleh simpul yang kuat, tentu bisa dimanfaatkan
membersihkan kotoran dan membuat indah pandangan.

Bercermin jugalah pada kekuatan jari jemari tangan.
Bilamana jari jemari tangan kita itu bekerja sendirian,

tentu hasilnya tidaklah seperti apa yang diharapkan,
tetapi jikalau jari jemari tangan bersatu dalam kepalan,
bersatu dalam pesta kerja, juga melaksanakan makan
akan menghasilkan kekuatan yang sesuai dengan tujuan.

Bilamana kita sendirian dan tidak mempunyai kawan,
tentu apa-apa sulit untuk dapat mengerjakan pekerjaan
berat dan besar, sebaliknya jikalau dalam perkumpulan,
bersatu, berserikat, dan kerja sama, tentu memudahkan
menyelesaikan pekerjaan berat dan amat besar, bahkan
perubahan-perubahan radikal sekalipun dapat dilakukan.

Masyarakat yang senantiasa mengedepankan kerukunan
akan selalu mendapatkan tuntunan dan juga pencerahan
oleh sebab akan situasi dan kondisi yang menguntungkan
penuh rasa cinta kasih, kedamaian, dan juga ketentraman
hingga kerukunan sebagai sumber kekuatan dan kebaikan.

Sentul, 9 Februari 2015

No comments:

Post a Comment

Pertemuan 15 Teori Sastra Tempatan