SASTRA CETHA
Makna sastra cetha:
sastra tanpa kata-kata
sastra tanpa perlu bahasa
sastra tanpa tertulis dengan
aksara
disebut kalam maujudiah secara
nyata
kalam iktibar dalam ranah idiom
agama,
yakni firman Tuhan yang mewujud
di dunia
terbabar melalui tanda-tanda alam
yang ada.
“Segala peristiwa yang terjadi
di dunia,
peristiwa kehidupan yang
beraneka rupa:
senang-susah, celaka-bahagia,
hina-mulia, rendah-luhurnya
bangsa,
dan juga pasang-surutnya negara,
sebagai Sabda Tuhan Yang Maha
Esa
tergelar dalam wujud aneka
peristiwa,
wajib diperhatikan oleh siapa
saja
yang ingin hidup sejahtera dan bahagia.”
Adalah Pujangga Yasadipura
melalui tamsil kisah Ramayana
menyampaikan ajaran sastra cetha
yakni ajaran yang diberikan oleh
Rama
kepada adinda tercinta Bharata
yang untuk sementara waktu saja
menggantikan dirinya di negeri
Ayodya
karena Rama menjalani tapa brata
Inti ajaran sastra cetha
pemimpin yang berkuasa
haruslah memahami tiga makna
tingkatan nilai perbuatan
manusia:
nistha ialah hina.
madya ialah sedang saja,
utama ialah mulia.
Perbuatan nistha bermakna hina
haruslah benar-benar
dihindarinya
janganlah sekali-kali menyentuh
juga
dosa besar tidak terampuni
oleh-Nya.
contoh perbuatan yang hina
was khawatir senantiasa,
selalu bimbang, ragu, dan
aniaya,
tidak memiliki pendirian juga
atau ikut-ikutan orang saja
kepada tahyul selalu percaya,
apalagi ramalan paranormal
segala,
juga menyembah arca dan berhala,
serta senantiasa suka curiga
atau menaruh syak wasangka
dan punggawa istana.
Perbuatan hina seorang penguasa
di kemudian hari menimbulkan
bencana,
banyak musibah dan berbagai
malapetaka,
segala kerusuhan makar kepada
negara,
akibatnya hidup rakyat semakin
sengsara.
Sedang makna perbuatan madya
cukup dimengerti dan dipahami
saja.
Dengan menghindari perbuatan
hina
sudah menjadi batas garis nyata
antara perbuatan hina dengan
utama.
Termasuk perbuatan utama:
berlaku adil merata ke semua
berwatak jujur dapat dipercaya,
melimpah kasih sayang ke sesama
memberi tongkat kepada yang buta
memberi obor kepada yang gelap gulita
memberi minum kepada yang dahaga
memberi makan kepada yang kelaparan
memberi payung kepada yang kehujanan
dan memberi perlindungan
kepada mereka yang ketakutan.
Perbuatan utama seorang penguasa
akan menjadi teladan utama rakyatnya.
Penguasa dengan perbuatan utama
tentu mampu membawa negara dan bangsa
mencapai negara adil, makmur, dan sejahtera
aman, tenteram, dan masyhur ke seluruh dunia.
Seorang penguasa negara
berlaku bijaksana dan berwibawa
menjadikan bangsa bermartabat mulia
tentulah mengamalkan perbuatan utama.
Bekasi, 16 Januari 2010
selamat pagi maz . . .
ReplyDeletesalam kunjungan perdana maz . .
ditunggu kunjungan baliknya ya
Salam bhineka tunggal ika. Tetap semangat, sehat, sukses selalu. Terima kasih atas kunjungannya. Semoga bermanfaat.
ReplyDelete