BIMA MANUNGGAL
berguru kepada Begawan Dorna
di Sokalima, negeri Hastinapura
sejak anak-anak hingga dewasa.
Bima memohon kepada Guru Dorna
adakah sejatinya ilmu sempurna
agar hidup manusia bahagia
di dunia dan di akhirat
nantinya.
Sang Pendeta pun memberikan
beberapa petunjuk sebagai
wejangan
agar Bima mampu mendapatkan
dan menemukan ilmu kesempurnaan.
Pendeta Dorna menyuruh Bima
untuk mencari dan menemukan
wit gung susuhing tapa angin
berada di Gunung Candramuka.
Tanpa menunggu komando lagi,
berangkatlah Bima untuk mencari
apa yang diamanatkan gurunadi
wit gung susuhing tapa angin tadi.
Di Gunung Candramuka
Bima bertemu dua raksasa
Rukmuka dan Rukmakala
wajah seram siap memangsa.
Setelah terjadi perselisihan,
duel pun tidak terhindarkan.
Tanpa banyak perlawanan,
raksasa menemui ajal kematian.
Dua raksasa sirna berganti rupa
dan Bima pun hormat kepadanya.
Kedua dewa mengatakan bahwa
wit gung susuhing tapak angin nyata
tidak ada di Gunung Candramuka,
Bima harus kembali ke Sokalima
kepada Pendeta Dorna meminta
penjelasan yang sebenar-benarnya
wit gung susuhing tapak angin di mana.
Sesampainya di padepokan
Sokalima
Sang Pendeta Dorna tidak lagi
meminta
wit gung susuhing tapak angin kepada Bima
tapi meminta dicarikan tirta pawitra sari saja
di dasar samudera minangkalbu berada
yang tidak jauh-jauh tempatnya dari Bima.
Bima pun segera berangkat
mencari
dan menemukan tirta pawitra sari
di dasar samudera minangkalbu
tempatnya di mana samudera itu,
Sesampainya di tepi suatu
samudera,
was khawatir ragu-ragu
menghinggapinya.
Akan tetapi, hal itu hanyalah
sesaat saja,
tekad Bima bulat dan penuh
percaya,
diserahkan kepada Tuhan semuanya,
tanpa pikir panjang pertimbangan
apa-apa,
Bima langsung terjun ke suatu
samudera.
Bima tergulung ombak ke tengah
samudera,
tiba-tiba muncul ular naga
berkepala tiga,
lalu Bima berperang dengan ular
naga,
akhirnya ular naga mati, musnah
seketika,
di tengah alunan ombak
manembahlah Bima
sampai heneng hening, antara ada
dan tiada.
Makna ular naga berkepala tiga
lambang angan-angan manusia
yang sejatinya bersifat tiga juga,
yaitu Pangerti, Nalar, dan
Cipta,
disebut Kemayan, Prabawa, dan
Pangaribawa.
Mati atau musnahnya ular naga
berkepala tiga
melambangkan angan-angan yang
bersifat tiga
telah dapat “terselam dalam
keheningan” dunia
Setelah angan-angan “terselam
dalam keheningan” dunia,
barulah Bima dapat menerima
Wahyu Tuhan Yang Maha Esa
yang terdengar “jelas dan
nyaring di dalam ruasnya rasa”.
Ketahuilah olehmu, yang disebut
Ilmu Sejati
adalah Petunjuk yang Nyata asal
Ilahi,
yakni petunjuk yang menunjukkan
Jalan Benar hakiki,
ialah Jalan yang sampai pada
asal dan tujuan hidup ini.
Pokok ilmu yang tersimpan di
dalam Ilmu Sejati
ialah “ilmu asal dan tujuan
hidup” makhluk Ilahi
disebut juga dengan nama Hastha
Sila,
yaitu Panembah Batin Delapan
Perkara.
Hastha Sila itu terdiri atas dua
perkara:
yakni Tri Sila dan Panca Sila.
Tri Sila itu Panembahnya Hati
dan Cipta
tiga perkara kepada Tuhan Yang
Mahakuasa.
Tri Sila wujud kesanggupan besar
yang perlu juga
dilaksanakan semua umat di dalam
setiap harinya,
yaitu manusia harus senantiasa
Sadar, Percaya, dan Takwa
yang mengusai semesta alam
seisinya.
Agar manusia dapat sempurna
melaksanakan kesanggupan besar trisila
manusia wajib hukumnya untuk
berusaha
agar dapat memiliki juga lima
watak utama
atau perbuatan kebajikan lima
perkara,
apa yang disebut Panca Sila,
yaitu Rela, Jujur, Sabar, dan
Narima
serta Budi Luhur atau Budi Mulia.
Sebagai tangga untuk dapat menuju
agar mencapai watak Hastha Sila
itu
manusia haruslah berjalan di
Jalan Rahayu
disebut juga dengan Panca Darma
Bakti, yaitu:
1. Meresapkan Paugeran Tuhan kepada hamba,
2. Melaksanakan Panembah kepada Tuhan Yang
Maha Esa
sebagai tanda berbakti
dan tali kasih kesadaran hamba.
3. Melaksanakan Budi Darma,
upaya
membabarkan rasa kasih sayang kepada sesama.
4. Mengendalikan Hawa Nafsu manusia,
nafsu yang
menuju ke perbuatan tercela.
5. Berusaha untuk dapat menetapinya
derajat Budi
Luhur atau Budi Mulia.
Selain dari itu, wahai semua
umat manusia,
engkau wajib berikhtiar atau
berusaha:
jangan menerjang Larangan Yang
Mahakuasa,
yang disebut juga dengan istilah
Paliwara,
yaitu ada lima perkara yang
menjadi larangan-Nya:
1. Janganlah engkau menyembah selain
kepada Allah Ta’ala.
2. Berhati-hatilah engkau terhadap hal syahwat
manusia.
3. Janganlah engkau makan atau
mempergunakan makanan
yang dapat
memudahkan cepat rusaknya
badan jasmani
dan budi pekerti manusia.
4. Patuhilah Undang-undang Negara dan
peraturannya.
5. Janganlah engkau berselisih atau
bertengkar dengan sesama.
Demikianlah ringkasan apa yang
disebut dengan Ilmu Sejati
ialah Ilmu yang menunjukkan asal
mula dan tujuan hidup insani
dan akhirnya Bima pun bertunggal
dengan Sang Guru Sejati.
Jakarta, 14 Februari 2011
No comments:
Post a Comment