Judul Buku : Peran Horison Sebagai Majalah Sastra
Penulis : Puji Santosa dan Djamari
Penyunting Ahli : Drs. Dhanu Priyo Prabowo, M.Hum.
Penerbit : Elmatera Publishing,
Yogyakarta
Tahun : Oktober, 2013
Halaman : xii + 160
Ukuran Buku :
14 x 21 Cm
Majalah sastra Horison kini
(2013) telah mencapai usia 47 tahun atau lima kali lebih daripada hidupnya
majalah Poedjangga Baroe yang hanya
bertahan sembilan tahun. Sudah barang tentu majalah sastra Horison telah mampu melahirkan prestasi yang gemilang sepertinya
lebih unggul daripada Poedjangga Baroe,
Sastra, Kisah, dan sebagainya pada zamannya. Hal itu dapat kita telusuri
dari para pengarang yang mengumumkan hasil karya sastranya melalui majalah
sastra Horison, dari nomor pertama
Juli 1966 hingga kini Juli (2013). Deretan nama pengarang yang mengumumkan
karyanya (sajak, cerpen, karya drama, esai sastra, dan catatan kebudayaan)
dalam majalah Horison tersebut,
antara lain, Mochtar Lubis, H.B. Jassin, Taufiq Ismail, Zaini, Arief Budiman,
Goenawan Mohamad, Sapardi Djoko Damono, Abdul Hadi W.M., W.S. Rendra, Subagio
Sastrowardojo, Sutardji Calzoum Bachri, Slamet Sukirnanto, Djajanto Supra, Umar
Kayam, Danarto, Satyagraha Hoerip, Junus Mukri Adi, M. Fudoli, Gerson Poyk,
Hamsad Rangkuti, Bur Rasuanto, B. Soelarto, Wiratmo Sukito, Arifin C. Noer,
Boen S. Oemarjati, Ajip Rosidi, Ras Siregar, Trisno Sumardjo, Leon Agusta,
Djamal D. Rahman, Agus R. Sarjono, Cecep Syamsul Hari, Hammid Jabbar, dan Budi
Darma. Mereka itu adalah para pemikir, cendekiawan, budayawan, dan seniman yang
andal dalam dunia sastra Indonesia. Nama mereka dapat mengangkat kedudukan,
peran, dan fungsi majalah sastra Horison
untuk selalu tampil prima hingga kini. Meskipun demikian, suka duka perjalanan
majalah sastra Horison selama 47
tahun itu dapat diibaratkan sebagai orang yang berjalan menahan benturan dan goncangan, baik dari dalam maupun
dari luar yang mencoba merongrong, menggusur, dan menggoncang kewibawaannya,
bahkan mereformasi keberadaan majalah sastra Horison. Goncangan dan terpaan badai dan topan pun tidak kecil,
bahkan hampir runtuh ketika terjadi pengalihan pengelolaan majalah Horison pada tahun 1993. Namun, itu
semua dapat diatasi hanya berkat keuletan, kejelian, idealisme, dan kerja keras
para pendiri dan pengelola majalah sastra Horison
untuk memperjuangkan kehidupan kesusastraan di Indonesia. Untuk itu saya salut
dan saya ucapkan bravo Horison,
tetaplah optimis dan jaya sepanjang masa.
Mengingat betapa pentingnya peran media massa cetak, khususnya majalah dan
surat kabar sebagai pengembangan karya sastra di Indonesia, maka penerbitan
buku Peran Horison Sebagai Majalah Sastra
yang ditulis oleh Puji Santosa dan Djamari ini kehadirannya menambah wawasan
bagi perkembangan kritik sastra di Indonesia. Majalah Horison merupakan satu-satunya majalah sastra di Indonesia yang
hingga kini (pada waktu naskah buku ini ditulis pada tahun 2013) masih tetap
terbit sebagai majalah sastra. Sudah lebih 47 tahun Horison berperan mewarnai corak perkembangan karya dan kritik
sastra di Indonesia. Penulis buku ini memilih ragam puisi atau sajak dengan
empat sampel puisi sebagai contoh kajian kritik sastranya. Bentuk ragam sajak
sebagai sampel dalam majalah Horison
itu dipilih sebagai objek kajian karena selama ini belum ada para peneliti dan
kritikus yang membicarakan sajak-sajak tersebut dalam kaitannya dengan
kedudukan, peran, dan fungsi majalah sastra Horison
sebagai pengembangan karya sastra di Indonesia yang dikaji dari tahun
1966--1970. Kalau ada hanya beberapa sajak yang sudah dimuat kembali dalam buku
kumpulan sajak dari satu penyair tersendiri atau bunga rampai bersama-sama.
Keterpisahan pembahasan sajak dari sebuah majalah sastra akan membuat kekacauan
pemahaman pembaca dengan konteks zaman diterbitkannya
majalah tersebut. Sajak-sajak yang dimuat dalam majalah tersebut tidak
diketahui benang merah atau arah dari kebijakan pemuatan ragam sastra dalam
suatu majalah. Oleh karena itu, penelitian ini penting artinya bagi keterpaduan
pemahaman sajak dalam suatu majalah pada kurun waktu tertentu.
Atas dasar alasan di atas saya bangga menyunting buku ini, baik dari sisi
teknis bahasa maupun isi kajian yang mendalam tentang betapa pentingnya peran Horison sebagai majalah sastra dalam
pengembangan sastra di Indonesia. Hasil penelitian Saudara Puji Santosa dan Djamari
ini mampu membuka cakrawala betapa beratnya dan penuh liku-liku dalam mengelola
sebuah majalah tanpa didukung iklan. Berkat kegigihan dan semangat kerja keras pengelolanya,
sebuah majalah sastra mampu bertahan hingga 47 tahun. Suatu prestasi yang luar
biasa. Buku ini pantas dibaca khalayak masyarakat Indonesia yang terbuka
wawasannya tentang kiat-kiat pengelolaan sebuah majalah sastra yang mampu
bertahan hingga puluhan tahun.
Majalah sastra Horison dipilih
sebagai objek penelitian ini didasarkan atas beberapa hal. Pertama, majalah
sastra Horison merupakan majalah
kebudayaan yang mengkhususkan diri memuat karya sastra, seperti puisi, cerita
pendek, esai atau kritik, dan kadang-kadang karya drama. Kedua, Horison adalah satu-satunya majalah
sastra atau kebudayaan yang mampu bertahan (sampai tahun 2013) selama lebih
dari empat puluh tujuh tahun (terbit pertama kali Juli 1966). Ketiga, majalah Horison diasuh oleh para sastrawan,
kritikus sastra, dan budayawan yang andal dari tahun ke tahun dengan perubahan
generasi sastrawan yang andal pada zamannya, seperti Mochtar Lubis, H.B.
Jassin, Taufiq Ismail, Arief Budiman, Sapardi Djoko Damono, dan Goenawan
Mohammad hingga lebih dari dua dasawarsa. Keempat, majalah Horison telah melahirkan para penulis yang andal dan nama mereka
tercatat sebagai pelaku dalam sejarah sastra Indonesia dari satu angkatan ke
angkatan berikutnya, seperti Sutardji Calzoum Bachri, Abdul Hadi W.M., W.S.
Rendra, Sapardi Djoko Damono, Putu Wijaya, Danarto, Taufiq Ismail, Subagio
Sastrowardojo, Darmanto Jatman, dan Goenwan Mohamad. Kelima, banyak nama yang
kemudian menjadi tenar (mengorbit sebagai sastrawan tersohor) setelah menulis
pada majalah sastra Horison tersebut
sehingga tetap terkenang sepanjang zaman. Dan keenam, karya sastra yang dimuat
dalam majalah sastra Horison biasanya
dijadikan tolok ukur, kriteria atau pembobotan nilai kesusastraannya daripada
karya sastra yang dimuat oleh majalah hiburan atau majalah yang lainnya.
Berdasarkan
alasan-alasan di atas itulah pentingnya penelitian ini guna dapat
memperkenalkan khazanah kesusastraan Indonesia yang termuat dalam majalah
sastra Horison (1966--1970) kepada
khalayak luas. Dengan diperkenalkan karya-karya tersebut, masyarakat akan lebih
memahami, mengerti, dan menghargai, serta mengapresiasi jerih payah para
pemikir budaya bangsanya. Kandungan makna yang dalam pada sajak-sajak tersebut
akan memberi arah kebijaksanaan tertentu kepada generasi penerus bangsanya.
Penelitian ini juga penting dilakukan dikarenakan dapat dipakai sebagai bahan
penulisan sejarah sastra Indonesia modern atau bagian dari lema Ensiklopedia Kesusastraan Indonesia
tentang lema “HORISON”.
Akhirnya, selamat
membaca dan mengapresiasi hasil penelitian sederhana ini. Tidak ada gading yang
tidak retak. Apabila ada kekurangan, salah dan kilaf, mohon koreksian, kritik, dan
saran perbaikan atas buku ini. Salam dan doa.
No comments:
Post a Comment