Sunday, 15 December 2013

PERAN HORISON SEBAGAI MAJALAH SASTRA

Judul Buku               : Peran Horison Sebagai Majalah Sastra
Penulis                     : Puji Santosa dan Djamari
Penyunting Ahli       : Drs. Dhanu Priyo Prabowo, M.Hum.
Penerbit                   : Elmatera Publishing, Yogyakarta
Tahun                       : Oktober, 2013
Halaman                  : xii + 160
Ukuran Buku            : 14 x 21 Cm

Majalah sastra Horison kini (2013) telah mencapai usia 47 tahun atau lima kali lebih daripada hidupnya majalah Poedjangga Baroe yang hanya bertahan sembilan tahun. Sudah barang tentu majalah sastra Horison telah mampu melahirkan prestasi yang gemilang sepertinya lebih unggul daripada Poedjangga Baroe, Sastra, Kisah, dan sebagainya pada zamannya. Hal itu dapat kita telusuri dari para pengarang yang mengumumkan hasil karya sastranya melalui majalah sastra Horison, dari nomor pertama Juli 1966 hingga kini Juli (2013). Deretan nama pengarang yang mengumumkan karyanya (sajak, cerpen, karya drama, esai sastra, dan catatan kebudayaan) dalam majalah Horison tersebut, antara lain, Mochtar Lubis, H.B. Jassin, Taufiq Ismail, Zaini, Arief Budiman, Goenawan Mohamad, Sapardi Djoko Damono, Abdul Hadi W.M., W.S. Rendra, Subagio Sastrowardojo, Sutardji Calzoum Bachri, Slamet Sukirnanto, Djajanto Supra, Umar Kayam, Danarto, Satyagraha Hoerip, Junus Mukri Adi, M. Fudoli, Gerson Poyk, Hamsad Rangkuti, Bur Rasuanto, B. Soelarto, Wiratmo Sukito, Arifin C. Noer, Boen S. Oemarjati, Ajip Rosidi, Ras Siregar, Trisno Sumardjo, Leon Agusta, Djamal D. Rahman, Agus R. Sarjono, Cecep Syamsul Hari, Hammid Jabbar, dan Budi Darma. Mereka itu adalah para pemikir, cendekiawan, budayawan, dan seniman yang andal dalam dunia sastra Indonesia. Nama mereka dapat mengangkat kedudukan, peran, dan fungsi majalah sastra Horison untuk selalu tampil prima hingga kini. Meskipun demikian, suka duka perjalanan majalah sastra Horison selama 47 tahun itu dapat diibaratkan sebagai orang yang berjalan menahan benturan dan goncangan, baik dari dalam maupun dari luar yang mencoba merongrong, menggusur, dan menggoncang kewibawaannya, bahkan mereformasi keberadaan majalah sastra Horison. Goncangan dan terpaan badai dan topan pun tidak kecil, bahkan hampir runtuh ketika terjadi pengalihan pengelolaan majalah Horison pada tahun 1993. Namun, itu semua dapat diatasi hanya berkat keuletan, kejelian, idealisme, dan kerja keras para pendiri dan pengelola majalah sastra Horison untuk memperjuangkan kehidupan kesusastraan di Indonesia. Untuk itu saya salut dan saya ucapkan bravo Horison, tetaplah optimis dan jaya sepanjang masa.
Mengingat betapa pentingnya peran media massa cetak, khususnya majalah dan surat kabar sebagai pengembangan karya sastra di Indonesia, maka penerbitan buku Peran Horison Sebagai Majalah Sastra yang ditulis oleh Puji Santosa dan Djamari ini kehadirannya menambah wawasan bagi perkembangan kritik sastra di Indonesia. Majalah Horison merupakan satu-satunya majalah sastra di Indonesia yang hingga kini (pada waktu naskah buku ini ditulis pada tahun 2013) masih tetap terbit sebagai majalah sastra. Sudah lebih 47 tahun Horison berperan mewarnai corak perkembangan karya dan kritik sastra di Indonesia. Penulis buku ini memilih ragam puisi atau sajak dengan empat sampel puisi sebagai contoh kajian kritik sastranya. Bentuk ragam sajak sebagai sampel dalam majalah Horison itu dipilih sebagai objek kajian karena selama ini belum ada para peneliti dan kritikus yang membicarakan sajak-sajak tersebut dalam kaitannya dengan kedudukan, peran, dan fungsi majalah sastra Horison sebagai pengembangan karya sastra di Indonesia yang dikaji dari tahun 1966--1970. Kalau ada hanya beberapa sajak yang sudah dimuat kembali dalam buku kumpulan sajak dari satu penyair tersendiri atau bunga rampai bersama-sama. Keterpisahan pembahasan sajak dari sebuah majalah sastra akan membuat kekacauan pemahaman pembaca dengan konteks zaman diterbitkannya majalah tersebut. Sajak-sajak yang dimuat dalam majalah tersebut tidak diketahui benang merah atau arah dari kebijakan pemuatan ragam sastra dalam suatu majalah. Oleh karena itu, penelitian ini penting artinya bagi keterpaduan pemahaman sajak dalam suatu majalah pada kurun waktu tertentu.

Atas dasar alasan di atas saya bangga menyunting buku ini, baik dari sisi teknis bahasa maupun isi kajian yang mendalam tentang betapa pentingnya peran Horison sebagai majalah sastra dalam pengembangan sastra di Indonesia. Hasil penelitian Saudara Puji Santosa dan Djamari ini mampu membuka cakrawala betapa beratnya dan penuh liku-liku dalam mengelola sebuah majalah tanpa didukung iklan. Berkat kegigihan dan semangat kerja keras pengelolanya, sebuah majalah sastra mampu bertahan hingga 47 tahun. Suatu prestasi yang luar biasa. Buku ini pantas dibaca khalayak masyarakat Indonesia yang terbuka wawasannya tentang kiat-kiat pengelolaan sebuah majalah sastra yang mampu bertahan hingga puluhan tahun.
Majalah sastra Horison dipilih sebagai objek penelitian ini didasarkan atas beberapa hal. Pertama, majalah sastra Horison merupakan majalah kebudayaan yang mengkhususkan diri memuat karya sastra, seperti puisi, cerita pendek, esai atau kritik, dan kadang-kadang karya drama. Kedua, Horison adalah satu-satunya majalah sastra atau kebudayaan yang mampu bertahan (sampai tahun 2013) selama lebih dari empat puluh tujuh tahun (terbit pertama kali Juli 1966). Ketiga, majalah Horison diasuh oleh para sastrawan, kritikus sastra, dan budayawan yang andal dari tahun ke tahun dengan perubahan generasi sastrawan yang andal pada zamannya, seperti Mochtar Lubis, H.B. Jassin, Taufiq Ismail, Arief Budiman, Sapardi Djoko Damono, dan Goenawan Mohammad hingga lebih dari dua dasawarsa. Keempat, majalah Horison telah melahirkan para penulis yang andal dan nama mereka tercatat sebagai pelaku dalam sejarah sastra Indonesia dari satu angkatan ke angkatan berikutnya, seperti Sutardji Calzoum Bachri, Abdul Hadi W.M., W.S. Rendra, Sapardi Djoko Damono, Putu Wijaya, Danarto, Taufiq Ismail, Subagio Sastrowardojo, Darmanto Jatman, dan Goenwan Mohamad. Kelima, banyak nama yang kemudian menjadi tenar (mengorbit sebagai sastrawan tersohor) setelah menulis pada majalah sastra Horison tersebut sehingga tetap terkenang sepanjang zaman. Dan keenam, karya sastra yang dimuat dalam majalah sastra Horison biasanya dijadikan tolok ukur, kriteria atau pembobotan nilai kesusastraannya daripada karya sastra yang dimuat oleh majalah hiburan atau majalah yang lainnya.
Berdasarkan alasan-alasan di atas itulah pentingnya penelitian ini guna dapat memperkenalkan khazanah kesusastraan Indonesia yang termuat dalam majalah sastra Horison (1966--1970) kepada khalayak luas. Dengan diperkenalkan karya-karya tersebut, masyarakat akan lebih memahami, mengerti, dan menghargai, serta mengapresiasi jerih payah para pemikir budaya bangsanya. Kandungan makna yang dalam pada sajak-sajak tersebut akan memberi arah kebijaksanaan tertentu kepada generasi penerus bangsanya. Penelitian ini juga penting dilakukan dikarenakan dapat dipakai sebagai bahan penulisan sejarah sastra Indonesia modern atau bagian dari lema Ensiklopedia Kesusastraan Indonesia tentang lema “HORISON”.
Akhirnya, selamat membaca dan mengapresiasi hasil penelitian sederhana ini. Tidak ada gading yang tidak retak. Apabila ada kekurangan, salah dan kilaf, mohon koreksian, kritik, dan saran perbaikan atas buku ini. Salam dan doa. 

No comments:

Post a Comment

Pertemuan 15 Teori Sastra Tempatan