Judul Buku : Struktur Tematik Puisi-Puisi Mimbar Indonesia
Penulis : Puji Santosa dan Djamari
Penyunting Ahli : Drs. Dhanu Priyo Prabowo, M.Hum.
Penerbit : Elmatera Publishing,
Yogyakarta
Tahun : Oktober, 2012
Halaman : xvi + 144
Ukuran Buku : 14 x 21 Cm
Peran media massa cetak, terutama majalah dan surat kabar, sangat
dibutuhkan dalam pengembangan karya sastra di Indonesia. Tanpa dibantu
penerbitan media massa cetak seperti itu sastra Indonesia sudah lama mati.
Sastra Indonesia tanpa peran kehadiran media massa cetak, surat kabar dan
majalah, tentu sudah lama tidak dapat berkutik lagi alias mati. Terlebih, pada
masa sulitnya perekonomian Indonesia (1950-an) yang mengakibatkan adanya krisis
perekonomian, penerbitan buku-buku sastra hampir-hampir tidak ada sama sekali.
Mahalnya kertas dan biaya operasional lainnya membuat tidak berdayanya
penerbitan buku-buku sastra di Indonesia pada kurun 1950-an tersebut.
Mengingat betapa pentingnya peran
media massa cetak, khususnya majalah dan surat kabar sebagai pengembangan karya
sastra di Indonesia, maka penerbitan buku
Struktur Tematik Puisi-Puisi Mimbar Indonesia yang ditulis oleh Puji
Santosa dan Djamari ini kehadirannya menambah wawasan bagi perkembangan kritik
sastra di Indonesia. Majalah Mimbar Indonesia merupakan majalah mingguan
politik yang terbit di Jakarta sejak tahun 1947, setelah Belanda melancarkan
Agresi Militer I terhadap Republik Indonesia. Pendiri dan pengasuhnya adalah
Prof. Dr. Soepomo, Soekardjo Wirjopranoto, dan Adinegoro dengan dibantu para
redaktur, seperti Gusti Majur, Sumantri Mertodipuro, Sugardo, Sutarto
Ruslanputro, H.B. Jassin, dan Darsjaf Rachman. Redaktur sastra dipercayakan
kepada H.B. Jassin sehingga majalah tersebut ikut serta andil menyebarkan karya
sastra di Indonesia.
Mimbar Indonesia dan majalah Siasat, penerbit sejenis yang terlebih
dulu beredar awal tahun 1947, sama-sama merupakan pendukung republik di daerah
pendudukan militer Belanda. Pada masa aksi militer Belanda yang pertama, Mimbar Indonesia pemah dilarang terbit
setelah memuat foto tempat yang disebut "gerbong maut Banyuwangi"
karena tentara Indonesia yang dimuat di dalamnya diperlihatkan sebagai tawanan
yang dibiarkan menderita. Penutupan majalah ini terjadi lagi ketika Belanda
melakukan aksi militer kedua pada bulan Desember 1948, akibat tulisan Adinegoro
yang mengecam agresi tersebut dan menyerukan kepada masyarakat agar tidak
bekerja sarna dengan Belanda, bahkan melakukan perlawanan terhadap mereka.
Adinegoro menjadi penanggung jawab redaksi majalah ini sejak awal November
1948, tetapi meninggalkannya dua tahun kemudian untuk pergi ke Belanda. Majalah
Mimbar Indonesia ini berhenti terbit
pada tahun 1967 karena secara komersial tidak lagi menguntungkan.
Penulis buku ini memilih ragam puisi atau sajak dengan 16 sampel puisi
sebagai contoh kajian kritik sastranya dari segi struktur dan tema. Bentuk
ragam sajak sebagai sampel dalam majalah Mimbar
Indonesia itu dipilih sebagai objek kajian karena selama ini belum ada para
peneliti dan kritikus yang membicarakannya sajak-sajak yang termuat dalam
majalah Mimbar Indonesia tersebut
dalam kaitannya dengan kedudukan, peran, dan fungsi majalah Mimbar Indonesia sebagai pengembangan
karya sastra di Indonesia yang dikaji dari tahun 1950--1954. Kalau ada hanya
beberapa sajak yang sudah dimuat kembali dalam buku kumpulan sajak dari satu
penyair tersendiri atau bunga rampai bersama-sama. Keterpisahan pembahasan
sajak dari sebuah majalah sastra akan membuat kekacauan pemahaman pembaca dengan konteks zaman diterbitkannya majalah
tersebut. Sajak-sajak yang dimuat dalam majalah tersebut tidak diketahui benang
merah atau arah dari kebijakan pemuatan ragam sastra dalam suatu majalah. Oleh
karena itu, penelitian ini penting artinya bagi keterpaduan pemahaman sajak
dalam suatu majalah pada kurun waktu tertentu.
Majalah-majalah yang terbit pada tahun 1950-an memiliki andil yang nyata
dalam penyebarluasan karya sastra di Indonesia. Andil yang nyata itu dapat
sebagai tumpuan harapan para pengarang dari mulai belajar dan mengembangkan
bakat atau kreativitasnya di bidang tulis-menulis sampai yang sudah mahir dan
mapan. Apalagi pada awal tahun 1950 kedaulatan negara kita baru sepenuhnya
diakui dunia melalui perundingan KMB (Konferensi Meja Bundar) yang masih terasa
tertatih-tatih perjalanannya. Dengan demikian, situasi dan kondisi negara kita
penuh dengan ketidakstabilan politik, ekonomi, dan keamanan. Kondisi dan
situasi yang serba sulit dan tidak menentu itu mengakibatkan adanya kriris
kepercayaan kepada pemerintah dan penerbitan buku. Hal ini secara nyata
ditandai dengan tidak adanya terbitan buku kumpulan sajak atau novel yang
berkualitas sastra pada tahun 1950-an tersebut. Apalagi penerbit Balai Pustaka
yang sejak awal tahun dua puluhan menjadi tumpuan harapan para penulis sastra
Indonesia, seputar awal tahun 1950-an itu Balai Pustaka menghentikan upaya
penerbitannya. Hal ini disebabkan oleh pergantian kekuasaan dan pengelolaan
lembaga penerbitan tersebut, yakni dari pemerintah Hindia Belanda ke pemerintah
Republik Indonesia. Pergantian itu kurang lancar karena adanya berbagai masalah
yang dihadapi pemerintah kita yang baru merdeka, bebas dari penjajahan asing.
Berdasarkan keadaan krisis seperti itulah muncul berbagai majalah berita
dan kebudayaan menjadi ajang kreativitas para penulis sastra Indonesia. Tidak
dapat dipungkiri lagi hadirnya majalah-majalah seperti Siasat, Mimbar Indonesia, Indonesia, Zaman Baru, Pantjaraya,
Pantjawarna, Basis, Kisah, Waktu, Kontjo, Tjerita, dan Roman sangat berperan dan turut serta memajukan perkembangan
kesusastraan Indonesia modern. Oleh karena itu, penulisan buku Struktur
Tematik Puisi-Puisi Mimbar Indonesia yang merupakan hasill
penelitian sastra yang ditulis oleh Puji
Santosa dan Djamari pantas kita
beri apresiasi dan kita sambut dengan gembira.
Buku hasil penelitian ini mengungkapkan masalah kedudukan, peran, dan
fungsi majalah Mimbar Indonesia
(1947—1967) sebagai media pengembangan sastra di Indonesia. Sebagai majalah
mingguan umum Mimbar Indonesia mampu
bertahan selama dua puluhan tahun, terbit pertama kali sejak 1947 pada zaman
agresi Belanda, dan bubar memasuki masa Orde Baru (1967) dengan redaktur
sastranya H.B. Jassin. Selama 20 tahun Mimbar
Indonesia telah ikut andil melahirkan dan mengorbitkan para sastrawan andal
di bidangnya. Hal ini membuktikan kemampuan luar biasa pengelolanya, dan ikut
juga menjadi barometer perkembangan sastra di Indonesia pada era tahun 1950-an.
Buku ini dilengkapi contoh analisis struktur dan tema 16 puisi terpilih yang
pernah dimuat majalah Mimbar Indonesia
(1950—1954) tersebut, yaitu puisi karya Mahatmanto, S. Wakidjan, Siti Nuraini,
M. Hussyn, S. Samiati A., Kasim Mansur, Maseri Matali, Hariyadi S.
Hartowardoyo, Chairil Anwar, Murya Artha, M.I. Usin, Sugiarto Sriwibowo, Achmad
Nur, Slametmuljana, Dodong Djiwapradja, dan Trisno Sumardjo. Buku ini juga
mampu membuka cakrawala betapa berat dan penuh liku-liku mengelola sebuah
majalah umum yang ikut juga mengembangkan karya sastra di Indonesia. Berkat
kegigihan dan semangat kerja keras pengelolanya, sebuah majalah umum yang juga
mengembangkan karya sastra mampu bertahan hingga 20 tahun.
Semoga penerbitan buku ini dapat menambah khazanah publikasi hasil
penelitian kritik sastra di Indonesia. Penerbit Elmatera Publishing dengan
bangga menyajikan penerbitan buku ini sebagai sumbangsih kami kepada masyarakat
dan bangsa Indonesia. Selamat membaca dan mengapresiasi sajian penerbitan kami
ini.
Yang terhormat Bapak Puji Santoso,
ReplyDeleteSaya Jupri dari Unand. Saya mau tanya apakah struktur tematik dalam buku bapak itu terkait dengan syntaksis atau pragmatik (linguistik)?
Terimakasih
Struktur tematik yang dimaksudkan dalam buku itu adalah struktur puisi yang meliputi struktur teks, susunan sajak, tokoh, latar, majas, citraan, tema, amanat, nada dan suasana, serta peranti puitis lainnya. Sementara itu buku-buku saya yang berbicara tentang Stilistika dan Semiotika yang membedah dengan tataran sintaksis, semantik, pragmatik, pilihan kata atau diksi. ada dalam buku Estetika: Sastra, Sastrawan, dan Negara (2009) atau Metodologi Penelitian Sastra: Paradigma, Proposal, Pelaporan, dan Penerapan (2015)
ReplyDeleteYang terhormat Bapak Puji Santosa, saya mau menanyakan untuk pembelian buku struktur tematik puisi-puisi indonesia ini dimana ya? terima kasih
ReplyDeletembak Feni Anugraeni yang baik, buku ini dicetak terbatas, dan yang ada pada saya tinggal satu eksemplar, tidak ada lagi persediaan, mohon maaf tidak dapat memberitahu si buku ini ada di mana, salam
ReplyDelete