Sunday, 15 December 2013

STRUKTUR TEMATIK PUISI-PUISI MIMBAR INDONESIA


Judul Buku               : Struktur Tematik Puisi-Puisi Mimbar Indonesia
Penulis                     : Puji Santosa dan Djamari
Penyunting Ahli       : Drs. Dhanu Priyo Prabowo, M.Hum.
Penerbit                   : Elmatera Publishing, Yogyakarta
Tahun                       : Oktober, 2012
Halaman                  : xvi + 144
Ukuran Buku            : 14 x 21 Cm

Peran media massa cetak, terutama majalah dan surat kabar, sangat dibutuhkan dalam pengembangan karya sastra di Indonesia. Tanpa dibantu penerbitan media massa cetak seperti itu sastra Indonesia sudah lama mati. Sastra Indonesia tanpa peran kehadiran media massa cetak, surat kabar dan majalah, tentu sudah lama tidak dapat berkutik lagi alias mati. Terlebih, pada masa sulitnya perekonomian Indonesia (1950-an) yang mengakibatkan adanya krisis perekonomian, penerbitan buku-buku sastra hampir-hampir tidak ada sama sekali. Mahalnya kertas dan biaya operasional lainnya membuat tidak berdayanya penerbitan buku-buku sastra di Indonesia pada kurun 1950-an tersebut.
            Mengingat betapa pentingnya peran media massa cetak, khususnya majalah dan surat kabar sebagai pengembangan karya sastra di Indonesia, maka penerbitan buku Struktur Tematik Puisi-Puisi Mimbar Indonesia yang ditulis oleh Puji Santosa dan Djamari ini kehadirannya menambah wawasan bagi perkembangan kritik sastra di Indonesia. Majalah Mimbar Indonesia merupakan majalah mingguan politik yang terbit di Jakarta sejak tahun 1947, setelah Belanda melancarkan Agresi Militer I terhadap Republik Indonesia. Pendiri dan pengasuhnya adalah Prof. Dr. Soepomo, Soekardjo Wirjopranoto, dan Adinegoro dengan dibantu para redaktur, seperti Gusti Majur, Sumantri Mertodipuro, Sugardo, Sutarto Ruslanputro, H.B. Jassin, dan Darsjaf Rachman. Redaktur sastra dipercayakan kepada H.B. Jassin sehingga majalah tersebut ikut serta andil menyebarkan karya sastra di Indonesia.
Mimbar Indonesia dan majalah Siasat, penerbit sejenis yang terlebih dulu beredar awal tahun 1947, sama-sama merupakan pendukung republik di daerah pendudukan militer Belanda. Pada masa aksi militer Belanda yang pertama, Mimbar Indonesia pemah dilarang terbit setelah memuat foto tempat yang disebut "gerbong maut Banyuwangi" karena tentara Indonesia yang dimuat di dalamnya diperlihatkan sebagai tawanan yang dibiarkan menderita. Penutupan majalah ini terjadi lagi ketika Belanda melakukan aksi militer kedua pada bulan Desember 1948, akibat tulisan Adinegoro yang mengecam agresi tersebut dan menyerukan kepada masyarakat agar tidak bekerja sarna dengan Belanda, bahkan melakukan perlawanan terhadap mereka. Adinegoro menjadi penanggung jawab redaksi majalah ini sejak awal November 1948, tetapi meninggalkannya dua tahun kemudian untuk pergi ke Belanda. Majalah Mimbar Indonesia ini berhenti terbit pada tahun 1967 karena secara komersial tidak lagi menguntungkan.

Penulis buku ini memilih ragam puisi atau sajak dengan 16 sampel puisi sebagai contoh kajian kritik sastranya dari segi struktur dan tema. Bentuk ragam sajak sebagai sampel dalam majalah Mimbar Indonesia itu dipilih sebagai objek kajian karena selama ini belum ada para peneliti dan kritikus yang membicarakannya sajak-sajak yang termuat dalam majalah Mimbar Indonesia tersebut dalam kaitannya dengan kedudukan, peran, dan fungsi majalah Mimbar Indonesia sebagai pengembangan karya sastra di Indonesia yang dikaji dari tahun 1950--1954. Kalau ada hanya beberapa sajak yang sudah dimuat kembali dalam buku kumpulan sajak dari satu penyair tersendiri atau bunga rampai bersama-sama. Keterpisahan pembahasan sajak dari sebuah majalah sastra akan membuat kekacauan pemahaman pembaca dengan konteks zaman diterbitkannya majalah tersebut. Sajak-sajak yang dimuat dalam majalah tersebut tidak diketahui benang merah atau arah dari kebijakan pemuatan ragam sastra dalam suatu majalah. Oleh karena itu, penelitian ini penting artinya bagi keterpaduan pemahaman sajak dalam suatu majalah pada kurun waktu tertentu.
Majalah-majalah yang terbit pada tahun 1950-an memiliki andil yang nyata dalam penyebarluasan karya sastra di Indonesia. Andil yang nyata itu dapat sebagai tumpuan harapan para pengarang dari mulai belajar dan mengembangkan bakat atau kreativitasnya di bidang tulis-menulis sampai yang sudah mahir dan mapan. Apalagi pada awal tahun 1950 kedaulatan negara kita baru sepenuhnya diakui dunia melalui perundingan KMB (Konferensi Meja Bundar) yang masih terasa tertatih-tatih perjalanannya. Dengan demikian, situasi dan kondisi negara kita penuh dengan ketidakstabilan politik, ekonomi, dan keamanan. Kondisi dan situasi yang serba sulit dan tidak menentu itu mengakibatkan adanya kriris kepercayaan kepada pemerintah dan penerbitan buku. Hal ini secara nyata ditandai dengan tidak adanya terbitan buku kumpulan sajak atau novel yang berkualitas sastra pada tahun 1950-an tersebut. Apalagi penerbit Balai Pustaka yang sejak awal tahun dua puluhan menjadi tumpuan harapan para penulis sastra Indonesia, seputar awal tahun 1950-an itu Balai Pustaka menghentikan upaya penerbitannya. Hal ini disebabkan oleh pergantian kekuasaan dan pengelolaan lembaga penerbitan tersebut, yakni dari pemerintah Hindia Belanda ke pemerintah Republik Indonesia. Pergantian itu kurang lancar karena adanya berbagai masalah yang dihadapi pemerintah kita yang baru merdeka, bebas dari penjajahan asing.
Berdasarkan keadaan krisis seperti itulah muncul berbagai majalah berita dan kebudayaan menjadi ajang kreativitas para penulis sastra Indonesia. Tidak dapat dipungkiri lagi hadirnya majalah-majalah seperti Siasat, Mimbar Indonesia, Indonesia, Zaman Baru, Pantjaraya, Pantjawarna, Basis, Kisah, Waktu, Kontjo, Tjerita, dan Roman sangat berperan dan turut serta memajukan perkembangan kesusastraan Indonesia modern. Oleh karena itu, penulisan buku Struktur Tematik Puisi-Puisi Mimbar Indonesia yang merupakan hasill penelitian sastra yang ditulis oleh Puji Santosa dan Djamari pantas kita beri apresiasi dan kita sambut dengan gembira.
Buku hasil penelitian ini mengungkapkan masalah kedudukan, peran, dan fungsi majalah Mimbar Indonesia (1947—1967) sebagai media pengembangan sastra di Indonesia. Sebagai majalah mingguan umum Mimbar Indonesia mampu bertahan selama dua puluhan tahun, terbit pertama kali sejak 1947 pada zaman agresi Belanda, dan bubar memasuki masa Orde Baru (1967) dengan redaktur sastranya H.B. Jassin. Selama 20 tahun Mimbar Indonesia telah ikut andil melahirkan dan mengorbitkan para sastrawan andal di bidangnya. Hal ini membuktikan kemampuan luar biasa pengelolanya, dan ikut juga menjadi barometer perkembangan sastra di Indonesia pada era tahun 1950-an. Buku ini dilengkapi contoh analisis struktur dan tema 16 puisi terpilih yang pernah dimuat majalah Mimbar Indonesia (1950—1954) tersebut, yaitu puisi karya Mahatmanto, S. Wakidjan, Siti Nuraini, M. Hussyn, S. Samiati A., Kasim Mansur, Maseri Matali, Hariyadi S. Hartowardoyo, Chairil Anwar, Murya Artha, M.I. Usin, Sugiarto Sriwibowo, Achmad Nur, Slametmuljana, Dodong Djiwapradja, dan Trisno Sumardjo. Buku ini juga mampu membuka cakrawala betapa berat dan penuh liku-liku mengelola sebuah majalah umum yang ikut juga mengembangkan karya sastra di Indonesia. Berkat kegigihan dan semangat kerja keras pengelolanya, sebuah majalah umum yang juga mengembangkan karya sastra mampu bertahan hingga 20 tahun.
Semoga penerbitan buku ini dapat menambah khazanah publikasi hasil penelitian kritik sastra di Indonesia. Penerbit Elmatera Publishing dengan bangga menyajikan penerbitan buku ini sebagai sumbangsih kami kepada masyarakat dan bangsa Indonesia. Selamat membaca dan mengapresiasi sajian penerbitan kami ini.

4 comments:

  1. Yang terhormat Bapak Puji Santoso,
    Saya Jupri dari Unand. Saya mau tanya apakah struktur tematik dalam buku bapak itu terkait dengan syntaksis atau pragmatik (linguistik)?
    Terimakasih

    ReplyDelete
  2. Struktur tematik yang dimaksudkan dalam buku itu adalah struktur puisi yang meliputi struktur teks, susunan sajak, tokoh, latar, majas, citraan, tema, amanat, nada dan suasana, serta peranti puitis lainnya. Sementara itu buku-buku saya yang berbicara tentang Stilistika dan Semiotika yang membedah dengan tataran sintaksis, semantik, pragmatik, pilihan kata atau diksi. ada dalam buku Estetika: Sastra, Sastrawan, dan Negara (2009) atau Metodologi Penelitian Sastra: Paradigma, Proposal, Pelaporan, dan Penerapan (2015)

    ReplyDelete
  3. Yang terhormat Bapak Puji Santosa, saya mau menanyakan untuk pembelian buku struktur tematik puisi-puisi indonesia ini dimana ya? terima kasih

    ReplyDelete
  4. mbak Feni Anugraeni yang baik, buku ini dicetak terbatas, dan yang ada pada saya tinggal satu eksemplar, tidak ada lagi persediaan, mohon maaf tidak dapat memberitahu si buku ini ada di mana, salam

    ReplyDelete

Pertemuan 15 Teori Sastra Tempatan