Wednesday 2 March 2011

Sastra dan Mitologis


Sastra dan Mitologis: Telaah Dunia Wayang dalam Sastra Indonesia Modern merupakan hasil penelitian Tim Peneliti Pusat Bahasa Kementrian Pendidikan Nasional, Puji Santosa dan Maini Trisna Jayawati, dengan objek utama penelitian adalah novel Anak Bajang Menggiring Angin karya Sindhunata dan Kitab Omong Kosong karya Seno Gumira Aji Darma.

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan dan mengungkapkan unsur-unsur mitologi wayang yang terdapat dalam dua novel sastra Indonesia modern tersebut.

Secara intertekstual kedua novel ditulis dan disadur menjadi sebuah versi baru, berasal dari kisah Ramayana dan berdasarkan pula pakem pedalangan wayang kulit purwa Jawa, bersumber dari Pakem Pedalangan Wayang Purwa yang ditulis oleh Sri Mangkunegara VII dalam lakon-lakon Ramayana.

Kajian yang ditelaah dalam dua novel itu didahului dengan kilasan pengarang dan karyanya, kemudian dilanjutkan deangan perbandingan stuktur wayang dan struktur novel (dalam satu bab tersendiri, yaitu menelah unsur Banyol (kelucuan dalam berkisah), Nges (ratap iba penuh belas kasih), Greget (semangat yang menggelora), dan Sem (dunia erotisme), serta dunia mitologi wayang, meliputi: tokoh dengan ideologi wayang (Wisrawa, Sukesi, Danaraja, Rahwana, Kumbakarna, Sarpakenaka, Gunawan Wibisana, Subali, Sugriwa, Anjani, Reso Gotama, Hanoman, Hanggada, Trijata, Sayempraba, Ramawijaya, Dewi Sinta, Laksmana, Bharata, Lawa, Kusa), latar mitologis wayang, jenis-jenis mitologis wayang (mitologi Ratu Adil, Sastra Cetha, Sastra Jendra Hayuningrat, Cupu Manik Hastha Gina, dan Hastha Brata), cara menampilkan mitologis wayang, dan manfaat mitologis wayang dalam sastra Indonesia modern sebagai salah satu pedoman arah kebijaksanan tertentu kepada pembaca.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu mahasiswa dan masyarakat umum pencinta sastra dan budaya Indonesia pada umumnya, dan budaya Jawa khususnya, untuk dapat mengapresiasi dua karya sastra Indonesia modern tersebut dan sekaligus membantu dunia pendidikan agar dapat dimanfaatkan untuk membentuk jatidiri dan karakter bangsa yang berbudi pekerti luhur, tangguh, cerdas, kompetitif, dan mulia. Hal ini mengingat betapa dahsyatnya kisah Ramayana mampu membentuk karakter bangsa yang tangguh, unggul, luhur, mulia, dan berkepribadian.

No comments:

Post a Comment

Pertemuan 15 Teori Sastra Tempatan