Sunday 6 May 2018

DASA SILA: SARANA BERENDAM KESUCIAN

DASA SILA: SARANA BERENDAM KESUCIAN

(Puji Santosa, Bekasi)

1. Pengantar
Bapak, Ibu, dan Saudara para warga Paguyuban Ngesti Tunggal, siswa-siswi Sang Guru Sejati yang berbahagia, oleh karena senantiasa berbakti, percaya, dan taat pada semua sabda perintah Tuhan yang Sejati ialah Suksma Kawekas, yang disampaikan melalui perantaraan Utusan Tuhan yang Abadi ialah Suksma Sejati, Guru sekalian umat, baik dari pondok dunia maupun hingga nanti sampai di istana keabadian, serta menjadi Penuntun dan Guru hamba yang Sejati.
Bapak, Ibu, dan Saudara sepenyiswaan. Masih ingatkah Bapak, Ibu, Saudara ketika dilantik menjadi warga Paguyuban Ngesti Tunggal (Pangestu) di Dana Warih Cabang Pangestu tempat tinggal Bapak, Ibu, dan Saudara. Dalam pelantikan menjadi warga Pangestu tersebut Bapak, Ibu, dan Saudara bersumpah atau berjanji dengan mengucapkan Prasetia Suci. Apabila Bapak, Ibu, dan Saudara semua masih ingat dan memahami serta sudah melaksanakan sumpah janji Prasetia Suci tersebut, hal itu sebagai pertanda bahwa Bapak, Ibu, dan Saudara semua adalah siswa Sang Guru Sejati yang sungguh-sungguh tekun menyiswa, yang benar-benar senantiasa berbakti, taat, dan percaya kepada-Nya sehingga hasilnya baik, lancar, sejahtera, tenang, tenteram, damai, dan bahagia. Akan tetapi, bilamana Bapak, Ibu, dan Saudara lupa, setengah-setengah ingat, apa saja isi dari sumpah janji Prasetia Suci yang telah diucapkan tersebut, hal itu tentunya juga sebagai pertanda bahwa Bapak, Ibu, dan Saudara semua itu masih bersifat manusiawi, masih berada pada tataran calon siswa, atau calonnya calon siswa yang senantiasa masih memerlukan bimbingan dan tuntunan Sang Guru Sejati. Oleh karena itu, marilah kita bersama-sama mendekat kepada Sang Guru Sejati agar berkenan melimpahkan sih anugerah, pepadang, tuntunan, daya kekuatan lahir batin untuk dapat melaksanakan kewajiban suci dengan sempurna, serta memberi pengayoman, perlindungan, hingga berakhir pada kesejahteraan, ketenteraman, dan kebahagiaan abadi ialah di hadirat Tuhan Sejati.
Sumpah janji Prasetia Suci yang kita ucapkan pada pelantikan menjadi warga Pangestu tersebut berdasarkan: “Demi Allah ialah Sang Suksma Kawekas ialah Sembahan hamba yang Sejati.” Lazimnya sebuah sumpah yang berdasarkan atas nama Tuhan Yang Maha Esa ialah Allah ialah Suksma Kawekas ialah Sembahan hamba yang Sejati, tidaklah main-main, tetapi sifatnya serius dan khidmat. Prasetia Suci itu bukanlah suatu kepura-puraan, melainkan sesuatu yang bersifat sungguh-sungguh mengandung konsekuensi. Apabila hal itu dilaksanakan dengan sungguh-sungguh berdasarkan keteguhan tekad yang disertai pengorbanan lahir batin, niscaya akan berhasil guna mencapai tujuan kesejahteraan, ketenteraman, kebahagiaan, dan kemuliaan abadi. Akan tetapi, bilamana hanya dilakukan dengan seenaknya dan berupa-pura (lelamisan), tidak akan ada hasilnya, tentu jauh panggang dari api, tidak sesuai dengan harapan, akhirnya putus asa dan kecewa.

2. Pedoman Dasar Organisasi  
 Prasetia Suci butir yang ketiga kita ucapkan ialah “Hamba berjanji dengan sungguh-sungguh akan melaksanakan Dasa Sila ialah pedoman para warga Paguyuban Ngesti Tunggal”. Sebagai pedoman dasar organisasi Paguyuban Ngesti Tunggal (Pangestu), Dasa Sila secara resmi dimuat dalam Bab IV Pasal 7 Anggaran Dasar Pangestu, yakni “Pangestu memiliki Pedoman Dasar yang disebut Dasa Sila sebagai sikap hidup kedalam dan keluar bagi anggotanya, yaitu:
1) Berbakti kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2) Berbakti kepada Utusan Tuhan.
3) Setia kepada Kalifatullah (pembesar negara).
4) Berbakti kepada tanah tumpah darah (tanah air).
5) Berbakti kepada orang tua (ayah-ibu).
6) Berbakti kepada saudara tua.
7) Berbakti kepada guru.
8) Berbakti kepada pelajaran keutamaan.
9) Kasih sayang kepada sesama hidup.
10) Menghormati semua agama.
Dasa Sila tersebut, selain dimuat dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Paguyuban Ngesti Tunggal (2002:8), juga dimuat dalam Buku Saku Panembah dan Pangesti (Bahasa Jawa, 2012:27; Bahasa Indonesia, 2012:58), serta Sepuluh Pertanyaan untuk Para Calon Siswa Purnama (Taman Kemuliaan Abadi, 2015:50) yang diajukan Bapak Pangrasa kepada Saudara Jatmika dan Sri Rejeki, yakni pertanyaan yang kedua: “Apakah Pedoman Pangestu? Jawaban: Pedoman Pangestu ialah menetapi Dasa Sila, yaitu:
1) Berbakti kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2) Berbakti kepada Utusan Tuhan.
3) Setia kepada Kalifatullah (pembesar negara).
4) Berbakti kepada tanah tumpah darah (tanah air).
5) Berbakti kepada orang tua (ayah-ibu).
6) Berbakti kepada saudara tua.
7) Berbakti kepada guru.
8) Berbakti kepada pelajaran keutamaan.
9) Kasih sayang kepada sesama hidup.
10) Menghormati semua agama.
            Dalam buku Ulasan Kang Kelana (2015:20—21) Dasa Sila disebut beberapa kali oleh Saudara Wijaya, Saudara Sujana, dan Saudara Sasangka, ketika mereka bercerita tentang ulasan setelah mengikuti ceramah penerangan Ajaran Sang Guru Sejati dan pelantikan menjadi warga Pangestu. Dasa Sila juga disabdakan oleh Sang Guru Sejati dalam Sabda Khusus (2013:73—74) Peringatan Nomor 14 Butir 3 dan 4 sebagai Jalan Kesiswaan: “Adapun syarat-syarat dan kesanggupan para siswa itu seperti yang diterangkan oleh Saudaramu Soenarto, yang diberi nama Dasa Sila. Kesanggupan Dasa Sila itu panjang lebar, baik bagi para siswa yang masih muda. Namun, bagi siswa yang telah dewasa supaya diringkas:
1)    Berniat menyiswa kepada-Ku.
2)    Bersedia menerima ajaran-Ku.
3)    Berniat melaksanakan ajaran-Ku.
4)    Melaksanakan atau menaati terbabarnya ajaran-Ku yang telah diterimanya.
5)    Berprasetia yang lazimnya disebut bersumpah, menetapi kesanggupan dan syarat-syarat tersebut di atas (1-4).
(Sabda Khusus Peringatan 14, butir 3—4, 2013:73-74)
Akan tetapi, Pakde Soemodihardjo melalui tembang “Matirta Sutji, Usada Walujaning Pradja”, yakni “Berendam Kesucian, Obat Penyembuh Negara” (Sosotya Rinontje, 1957:16—18) mengibaratkan Dasa Sila itu sebagai sarana berendam kesucian yang dapat menyembuhkan pelbagai kerusakan negara. Apabila setiap warga negara dapat melaksanakan Dasa Sila dengan sungguh-sungguh, dengan baik dan benar, maka negara akan segera menjadi tata tenteram, subur makmur, aman sejahtera, menjadi negara yang sentosa, jaya, dan masyhur ke seluruh dunia. Karma bangsa akan segera sirna bilamana seluruh rakyat, bangsa di negara kita ini, dapat dengan benar-benar melaksanakan Dasa Sila, berendam dalam air suci Dasa Sila.
          Memperhatikan bagan “Laku Proses Penyiswaan” yang dicanangkan Ketua Pangestu Pusat, setiap bulan selalu dimuat dalam Dwija Wara, bahwa sebagai anggota Pangestu dalam berperilaku sehari-hari hendaklah mencerminkan Dasa Sila. Setelah dapat menghindari Paliwara, yang menyebabkan rintangan mati atau dosa sehingga hamba tidak dapat bertunggal dengan Tripurusa, mau tidak mau harus menyiswa dengan mengenakan baju Dasa Sila agar dapat menapaki Jalan Rahayu, mencapai Hasta Sila, dan akhirnya bertunggal dengan Tripurusa.

3. Makna Kesanggupan Dasa Sila
Dasa Sila sebagai kesanggupan suci dijelaskan oleh Paranpara Pangestu, Bapak R. Soenarto Mertowardojo, dalam buku Serat Warisan Langgeng (cetakan kelima, 1990) yang selesai ditulis pukul 10.00 WIB, tanggal 27 Desember 1949, di Manahan, kota Surakarta, berbentuk tembang macapat, pupuh Kinanthi sebanyak 25 bait. Dasa Sila merupakan kesanggupan suci yang harus dilaksanakan oleh setiap siswa sebagai Jalan Keutamaan agar siswa selamat sejahtera, aman tenteram, damai, sentosa, jaya, dan bahagia dalam perjalanan dari pondok dunia hingga sampai ke istana keabadian ialah Taman Kemualiaan Abadi. Terjemahan bebas tembang tersebut dalam bentuk prosa sebagai berikut.

Kinanthi
1)       Wahai, anak cucuku sekalian
        dengarkanlah hendak aku terangkan
        hal Dasa Sila sebagai kesanggupan
        yang harus engkau laksanakan
        yaitu Jalan Keutamaan, Jalan Kebenaran
        agar selamat sejahtera di dunia dan di Keabadian.
2)       Pertama, Berbakti kepada Tuhan yang Maha Esa
        adapun berbakti itu wahai anakku semuanya
        melaksanakan panembah yang sebenarnya
        pusatkan angan-angan dan perasaan Anda
        ke dalam hati sanubari dengan kesuciannya
        membulatkan dengan hening cipta dan rasa.
3)       Berusaha dengan tetap melaksanakan panembah
        baik pada siang maupun malam hari
        dengan jangan berani menerjang
        terha­dap larangan Tuhan Yang Maha Esa
        yang termaktub dalam Serat Pali­wara
        pesanku: “Jangan berani-beraninya”.
4)       Kedua, berbaktilah dengan sungguh-sungguh
        kepada Utusan Tuhan Yang Maha Esa
        Utusan Abadi yang amat sangat Mulia
        yaitu Sang Suksma Sejati
        Nur Muhammad, yakni Sang Sabda
        Guru kamu sekalian yang sejati.
5)       Pokok dari berbakti adalah taat
        melaksanakan semua pe­rin­tah
        menjauhi semua larangan
        Sabda Tuhan yang Mahasuci
        juga berserah jiwa raga
        kepada Penuntun yang Sejati.

6)       Nelangsa mohon pertolongan
        agar berkenan menuntun perjalananmu
        di te­ngah-tengah medan pertempuran
        terhindar dari segala godaan iblis
        sehingga mengalirlah sih Pepadang
        jangan sampai terlepas sembah-bakti­mu.
7)       Berbakti yang ketiga
ialah kepada Kalifatullah
        sebagai wakil Tuhan yang Maha Esa
        yaitu pembesar negara
        yang melindungi semua rakyat
        dengan tata aturan yang adil.
8)       Pesanku: Setialah dengan sungguh-sungguh
        kepada Kalifatullah
        jangan melanggar larangan yang termuat
        dalam tata aturan hukum negara
        berkorbanlah jiwa-raga
        agar tegak sentosanya negara.
9)       Berbakti yang keempat dibicarakan
        yaitu cinta tanah air
        Indonesia tanah kelahiran
        tanah pusaka yang suci
        tumpah darahmu
        dan makammu di kemudian hari.
10)    Tanda setia yang sungguh-sungguh
        marilah kita meluhurkan
        kemuliaan Indonesia
        sarananya dengan berusaha menuntut ilmu
        baik ilmu lahir maupun ilmu batin
        itulah sejatinya kunci kebudayaan.
11) Berbudi pekerti yang luhur,
        santun, berwatak mulia,
        menghor­mati bangsa lain, dan
        berani mebela dengan taruhan kematian
        menjaga keselamatan negara
        Indonesia yang mandiri.
12) Berbakti yang kelima ialah
        kepada ayah-ibu, orang tua kita
        menghor­mati dengan kasih sayang
        bersujud secara lahir dan batin
        dengan mentaati perintahnya
        yang menuju pada keuta­maan.
13) Oleh sebab ayah-ibu tersebut
        sama dengan wakilnya Tuhan,
        atas kela­hiranmu di dunia
        melalui lantaran ayah-ibumu
        dengan tumbal dan pengorbanan
        jiwa dan raga yang sejati.
14) Sebab itu takutlah sungguh-sungguh
        terhadap ayah-ibumu
        meluhurkan namanya
        dengan memiliki ­wa­tak utama
        berbudi pekerti yang mulia
        sebagai balasan anak kepada orang tua.
15) Disebut menjunjung setinggi-tingginya
  memendam sedalam-dalamnya di kemu­dian hari
        nama baik orang tuamu
        tetap berbau harum mewangi
        apabila engkau menjadi
        kusuma bangsa Ibu Pertiwi.
16) Yang keenam dibicarakan
        berbakti kepada saudara tua
        sebab saudara tua itu menjadi
        wakil dari ayah-ibu kelak
        apabila mereka sudah meninggal
        oleh sebab itu saudara tua wajib dimuliakan.
17) Kesanggupan yang ketujuh
        berbakti kepada gurumu
        sebab guru itu sebagai wakil
        orang tuamu yang sesungguhnya
        yang menuntun membuka pencerahan
        akan ilmu lahir dan ilmu batin.
18) Patuh kepada guru
        dengan cinta kasih penuh hormat
        me­lak­sanakan semua perintahnya
        janganlah sekali-kali engkau berani
        membantah yang diajarkannya
        yang menuju ke jalan keutamaan.
19) Kesanggupan yang kedelapan
        berbakti pada pela­jaran keutamaan
        yaitu jalan yang sungguh-sungguh nyata
        yang seha­rusnya engkau lewati
        agar terhindar dari jalan simpangan
        jalan yang menuju ke kerajaan iblis.
20) Mereka yang gemar berbuat keliru
        angkara murka, berbudi jahat
        senang terhadap kerusakan
        dengki, iri hati, tamak, dan loba
        pesanku anakku jangan tersesat
        laku perjalanmu yang berhati-hati.
21) Sekarang yang kesembilan dibicarakan
        kesanggupan yang tersuci
        cintailah sesama makhluk
        dengan penuh rasa kasih sa­yang
        terhadap semua yang bersifat hidup
        menghor­mati terhadap sesama.
22) Kesanggupan yang kesepuluh
        menghormati semua aga­ma
        jangan meremehkan dan mencela
        terhadap lain agama
        meskipun berbeda kepercayaan
        dengan agama­mu pribadi.
23) Ketahuilah, semua agama itu
        menuntun agar berbuat keutamaan
        tidak berbeda dengan agamamu
        hanya syariatnya yang tidak sama
        oleh sebab itu jangan cela-mencela
        lebih baik saling menghormati.
24) Dasa Sila yang telah dibicarakan
        adalah kewajiban yang sejati
        terbabar menjadi sepuluh derajat
        namun apabila diringkas menjadi Satu
        yaitu sifat kasih sayang dan cinta
        terhadap semua yang bersifat hidup.
25) Itulah wahai anakku, jalannya
        bertunggal dengan Hidup Sejati
        yakni Sejati-jatinya keadaan
        tidak berubah berganti senyatanya
        oleh sebab itu laksanakanlah
        agar sempurna bertunggal dengan Tuhan.

4. Penutup
Dasa Sila yang telah dipaparkan di atas adalah kewajiban sejati yang harus diwujudkan setiap insan yang dapat mengangkat derajat, martabat bangsa Indonesia ke masa depan. Sepuluh kewajiban itu apabila diringkas hanya satu keutamaan, sifat kasih sayang dan penuh cinta terhadap semua yang bersifat hidup, yakni makhluk Tuhan. Dasa Sila itulah yang menjadi jalannya bertunggal dengan Hidup Sejati, yakni sejati-jatinya keadaan yang tidak berubah berganti, keadaan yang tidak bergeser senyatanya. Oleh sebab itu, melaksanakan kewajiban suci nan mulia Sesanggeman Dasa Sila supaya memancar terang benderang sinar cahaya bulan purnama, cahaya Tuhan, nur cahaya yang menerangi sepanjang perjalanan hidup kita dari pondok dunia hingga sampai di istana keabadian, yakni Taman Kemuliaan Abadi.
Dasa Sila yang menjadi kesanggupan suci itu marilah kita simpan di dalam batin. Setelah kita pahami dan mengerti maknanya, marilah kita wujudkan dalam kehidupan yang senyata-nyatanya, disertai dengan menyucikan hati, pikiran, dan juga perasaan, seperti yang telah dijelaskan dalam Panca Sila, lima watak keutamaan (jujur, sabar, narima, rela, dan budi luhur). Melaksanakan Dasa Sila secara sungguh-sungguh akan mendapatkan sih anugerah Tuhan, yakni hidup menjadi teratur, sejahtera, tenteram, dan bahagia selamanya. Oleh sebab kasih Tuhan itu melimpah turun mengalir secara terus-menerus, apa yang diangan-angankan akan terlaksana menjadi kenyataan, dan apa yang dikehendaki pun diperkenankan atau dikabulkan.
Satuhu.

No comments:

Post a Comment

Pertemuan 15 Teori Sastra Tempatan