Thursday 17 September 2015

STRATEGI PEMBELAJARAN SASTRA: Pada Era Globalisasi


Judul Buku   : STRATEGI PEMBELAJARAN SASTRA:
                          Pada Era Globalisasi
Penulis          : Puji Santosa dan Djamari
Penerbit         : Azzagrafika, Yogyakarta
Tahun            : Agustus 2015
Halaman        : xvi + 246 halaman
Ukuran Buku   : 14,5 x 21 Cm
Harga             : Rp60.000,00

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
KATA PENGANTAR PENERBIT

Menjelang berakhirnya milenium kedua dalam menghadapi era globalisasi masih juga terdengar lesunya pembelajaran sastra di sekolah-sekolah, dari sekolah dasar hingga ke perguruan tinggi. Dalam hubungannya dengan pembelajaran sastra di sekolah ini, Taufiq Ismail, pada Kongres Bahasa Indonesia VII, 26—30 Oktober 1998, masih berteriak dengan lantang ihwal "Bangsa yang Rabun Sastra dan Lumpuh Menulis". Penyebab utamanya adalah masih rendahnya mutu pembelajaran sastra di sekolah-sekolah. Siswa tidak pernah diajar membaca karya sastra secara benar. Apalagi diajar menuIis. Padahal, kunci untuk membuka ilmu pengetahuan adalah membaca dan membaca serta membaca. Membaca dapat diibaratkan sebagai jendela informasi ilmu pengetahuan. Jika kualitas siswa membaca sangat rendah, sudah barang tentu mereka akan menjadi bangsa yang rabun dan buta akan ilmu pengetahuan. Bangsa yang demikian akan terlibas oleh arus zaman yang sedang mengglobal. Sedangkan untuk dapat ikut terlibat dalam teknologi informasi dan komunikasi di tengah era globalisasi yang penuh dengan persaingan dan tantangan yang tidak ringan ini diperlukan keterampilan menulis dan menulis serta menulis. Menulis berperan ikut serta membukakan jendela informasi ilmu pengetahuan bagi orang lain. Disiplin latihan menulis sangat diperlukan guna membiasakan diri berpikir secara teratur, bernalar secara sempurna, dan berargumentasi dengan baik dan benar.

Demikianlah kurang lebih salah satu konsep strategi pembelajaran sastra dalam era globalisasi yang ditawarkan dalam buku ini. Dalam buku ini dilengkapi dengan contoh konkret bentuk pembelajaran sastra terhadap tujuh sastrawan terkemuka di Indonesia (Achdiat Kartamihardja, Goenawan Mohamad, Mansur Samin Siregar, Raden Ngabehi Ranggawarsita, Sri Mangkunegara IV, Toha Mohtar, dan Trisno Sumardjo) menjadi materi pembelajaran sastra dalam era globalisasi ini. Model ulasan karya sastra dalam buku ini mengikuti gaya atau formula sorotan yang pernah dilakukan oleh kritikus sastra H.B. Jassin, yaitu mengulas karya sastra dari seorang sastrawan yang diikuti dengan kutipan atau nukilan teks sastra yang dibahasnya. Hal ini bertujuan agar pembaca, siswa atau mahasiswa, dapat mengikuti alur pembahasan karya sastra secara cermat dan memadai. Selain itu, pembahasan dalam pembelajaran sastra ini juga dilengkapi dengan riwayat kepengarangan dan proses kreatif tujuh sastrawan yang menjadi contoh pembelajaran sastra dalam era globalisasi ini.

Mengingat betapa pentingnya peran pembelajaran apresiasi sastra di sekolah dan perguruan tinggi itu, Azzagrafika dengan bangga menerbitkan buku kajian ilmiah bidang sastra ini dan menyajikannya yang terbaik kepada masyarakat. Semoga penerbitan buku ini dapat menambah khazanah publikasi hasil penelitian dan kritik sastra di Indonesia sebagai sumbangsih kami kepada masyarakat dan bangsa Indonesia. Selamat membaca dan mengapresiasi sajian penerbitan kami ini.

                                                                           Penerbit Azzagrafika
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

 PENGANTAR PENYUNTING AHLI

Banyak orang mencibir terhadap pembelajaran sastra di sekolah dan di perguruan tinggi. Mereka berpikiran pragmatis. Seakan-akan terasa ironis hidup di zaman global ini yang berorientasi pada masalah hedoisme, segala sesuatu dihitung secara material ekonomis. Sementara itu, di kalangan masyarakat saat ini banyak terjadi PHK, pengangguran bertumpuk, sulit orang mencari kerja, ekonomi terpuruk, politik amburadul, situasi keamanan negara kita terganggu, banyak mahasiswa yang unjuk rasa berlaku anarkis, tawuran pelajar hingga luka-luka sampai ada yang meninggal segala macam. Sudah menjadi fenomena baru teror di tengah masyarakat secara dahsyat mencekam berpengaruh pada ketidakadilan terjadi di mana-mana. IMF mengancam tidak akan mengucurkan dana bantuannya jika skandal Bank Bali dan Century tidak dituntaskan. Beberapa negara yang tergabung dalam PBB meresolusi pemutusan hubungan kerja bilateral, hubungan diplomatik, dan perdagangan jika masalah HAM tidak diselesaikan dengan baik oleh pemerintah.
Mengapa para pencinta sastra masih mau memikirkan pengajaran sastra di sekolah dan di perguruan tinggi? Padahal. menurut anggapan mereka yang berpikir pragmatis, pengajaran sastra di sekolah tidak banyak memberikan keuntungan finansial, seperti masukan finasial dan divisa sehingga cepat membantu melunasi utang-utang negara. Sudah barang tentu mereka menganggap pengajaran sastra pada era globalisasi ini tidak relevan. Pendidikan di bidang teknologi dan ekonomilah yang sangat relevan pada abad yang akan datang dalam era globalisasi. Hal ini sesuai dengan perkembangan zaman yang semakin lama semakin mengglobal, membutuhkan sarana dan prasarana teknologi canggih, seperti komputer, internet, pesawat telekomunikasi, dan transportasi canggih. 
Biarlah beberapa orang berpendapat demikian. Sudah barang tentu kita semua tidak menginginkan dalam memasuki abad yang akan datang bangsa kita menjadi bangsa yang rabun membaca dan lumpuh menulis. Bangsa yang rabun membaca akan ketinggalan zaman dan tidak tahu perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Demikian pula, bangsa yang lumpuh menulis akan menjadi bangsa yang tidak berharga di mata dunia. Sampai sekarang tidak satu pun hadiah "Nobel Kesusastraan" singgah di negeri kita. Walaupun sudah hampir seratus tahun tradisi penulisan sastra Indonesia modern tumbuh dan berkembang subur di negeri ini. Tradisi penulisan sastra yang berkualitas perlu ditanamkan kepada anak didik kita melalui bangku-bangku sekolah dalam wujud pembelajaran sastra yang relevan dengan situasi dan tuntutan zaman.
Agar pembelajaran sastra kita relevan dengan situasi dan tuntutan zaman, perlu dibenahi beberapa kendala klasik yang menjadi keluhan selama ini. Ada dua faktor yang disoroti untuk menunjang pembelajaran sastra di sekolah dalam menghadapi tantangan global abad yang akan datang agar relevan dengan situasi dan tuntutan zaman, yaitu (1) peran guru sastra, dan (2) sistem pembelajaran sastra. Dua faktor ini menjadi kunci utama pokok strategi keberhasilan pembelajaran sastra di sekolah dan tantangan abad yang akan datang dalam era globalisasi.

Mengapa demikian? Karena kurangnya sarana dan prasarana dapat diatasi dengan memanfaatkan hadirnya sisipan majalah Horison berupa Kakilangit dan majalah Sastra di sekolah-sekolah sebagai bentuk nyata penyediaan bahan ajar. Bahan ajar yang sudah ada dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya jika gurunya mampu mengoperasionalkan pembelajaran sastra di ruang kelas dengan sistem pembelajaran sastra yang tepat guna. Masalah kurikulum yang berubah dan berganti setiap saat dapat disiasati oleh guru yang terampil mengajarkan sastra kepada siswanya. Masalah minat siswa dapat diatasi oleh guru sastra yang pandai memberi dorongan, semangat, memotivasi, menginspirasi, dan memacu kreativitas siswa sehingga timbul kecintaan siswa terhadap karya sastra. Kecintaan siswa terhadap karya sastra akan mampu membangkitkan gairah apresiasi karya sastra dan mempertinggi ilmu pengetahuan dalam menghadapi persaingan abad yang penuh tantangan. Apresiasi siswa secara baik dapat membangkitkan semangat kreativitas yang tinggi. Tampaknya buku ini menjawab persoalan para guru dan pengajar apresiasi sastra dalam memilih dan menentukan bahan ajar apresiasi sastra dalam era globalisasi.

Atas dasar alasan di atas, saya bangga bertindak sebagai penyunting ahli buku ini, baik dari sisi teknis bahasa maupun isi kajian yang mendalam tentang betapa pentingnya peran pembelajaran apresiasi sastra dalam era globalisasi di Indonesia. Hasil penelitian Saudara Puji Santosa dan Djamari ini mampu membuka cakrawala betapa kaya makna dan luasnya wawasan tentang strategi pembelajaran sastra dalam era globalisasi yang menyenangkan, menghibur, menambah wawasan, kreatif, dan inovatif. Buku ini pantas dibaca khalayak masyarakat Indonesia yang membuka cakrawala baru tentang strategi pembelajaran apresiasi sastra di sekolah dan di perguruan tinggi dalam era globalisasi.

 
                                                                Drs. Dhanu Priyo Prabowo, M.Hum.
                                                                Peneliti Utama Bidang Sastra
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
KATA PENGANTAR PENULIS

Strategi pembelajaran sastra yang selama ini dilakukan masih dianggap sebagai strategi pembelajaran sastra secara tradisional. Siswa hanya menghafalkan nama pengarang, ringkasan isi cerita, konsep-konsep syair, pantun, balada, soneta, gurindam, dan aspek intrinsik sastra. Strategi yang demikian hendaklah perlu ditanggalkan untuk digantikan dengan strategi bimbingan kritik dan apresiasi sastra (BKAS). Strategi BKAS bertujuan melatih siswa agar memiliki daya kepekaan sosial, menghayati dan mengaplikasikan nilai-nilai keindahan yang terkandung dalam karya sastra sebagai pesan moral, memahami falsafah hidup, dan mampu merasakan keartistikan bahasa yang digunakan sebagai media ekspresi karya sastra. Bimbingan dilakukan tidak hanya sepihak, misalnya hanya sis­wanya yang kreatif sedangkan gurunya tidak, hendaklah kegiatan apresiasi bersama-sama dilakukan dalam proses belajar-mengajar di kelas.

Salah satu metode strategi BKAS yang dapat dilakukan adalah dengan menerapkan jalur 5-M, yaitu Menyimak, Membaca, Melisankan, Menulis, dan Menjawab semua persoalan. Pelaksanaan jalur 5-M ini memang pada permulaan yang aktif adalah guru, sedangkan tindakan selanjutnya adalah siswa yang harus aktif dan kreatif mengikuti pelajaran apresiasi sastra. Peranan guru dalam melaksanakan metode strategi BKAS dengan melalui jalur 5-M ini sesungguhnya hanya bertindak sebagai perangsang, pendorong, pembimbing, pemotivator, penginspirasi, dan pemfasilitator siswa dalam mencapai keberhasilan pembelajaran sastra. Sudah barang tentu untuk bertindak sepeni itu diperlukan seorang guru sastra idaman, yakni seorang guru sastra yang menguasai materi pelajaran, bentindak adil dan bijaksana, berwawasan yang luas, berlaku sabar, dan penuh kasih sayang membimbing siswanya belajar mandiri sehingga betul-betul tercapai tujuan pembelajaran sastra di sekolah.

Demikianlah salah satu konsep yang ditawarkan dalam buku Strategi Pembelajaran Sastra dalam Era Globalisasi ini, yaitu dari tradisional menuju ke strategi bimbingan kritik dan apresiasi sastra yang menyenangkan, kreatif, dan inovatif. Akhirnya, selamat membaca dan mengapresiasi hasil penelitian sederhana ini. Tidak ada gading yang tidak retak. Apabila ada kekurangan, sesuatu yang salah dan kilaf, mohon koreksian, kritik, dan saran perbaikan atas buku ini. Salam dan doa.


Jakarta, 1 Mei 2015
Penulis
 


No comments:

Post a Comment

Pertemuan 15 Teori Sastra Tempatan