Friday 31 January 2014

MUSTIKANING DEWI KUNTHI



MUSTIKANING DEWI KUNTHI

Dewi Kunthi sebagai mustika wanita
memberi teladan bagi kita semua
atas pengorbanan seorang bunda
mengasuh dan mendidik para putra
sebagai perwujudan sejatinya cinta
menjadi pendidik pertama dan utama
menjadi pelindung dan juga penjaga
kewajiban agung yang sungguh mulia
senantiasa disertai dengan laku brata
wujud bakti kepada Tuhan Yang Maha Esa.


Perjuangan yang luar biasa
ditinggal suami satu-satunya
ketika putra-putra masih muda
penuh pengorbanan jiwa dan raga
pantaslah dia jadi mustika wanita
berperan melahirkan insan utama
mengiringkan perjalanan hidupnya
mulai anak-anak hingga ke dewasa
juga berperan menjadi penghiburnya
agar semua putra selamat sejahtera.


Kewajiban sungguh suci dan mulia
peran menjadi ibu bagi setiap wanita
dilakukan penuh rasa kasih yang sama
tidak membeda-bedakan satu dan lainnya,
jujur, sabar, narima, rela, dan berbudi mulia,
dipupuk dengan rasa sadar, iman, dan takwa
tanda berbakti kepada Tuhan Yang Maha Esa.


Peran seorang ibu yang senantiasa setia
melahirkan manusia ksatria purusatama,
mendidik dengan iklim kasih sayang sesama
hingga menjadikan mereka insan utama,
mengiringkan perjalanan hidup putra-putranya
dari lahir, anak-anak, remaja, hingga dewasa,
menjadi juru petunjuk dan penghibur mereka
agar semua selamat sejahtera
perjalanan dari pondok dunia
hingga ke istana akhirat nantinya
Hal demikian itu jugalah hendaknya
dapat dilaksanakan oleh para ibu semua.


Putraku Pandawa semua
Bunda harapkan bilamana dewasa
engkau menjadi pilihan ksatria
yakni berwatak ksatria utama
dengan berbusana ilmu nyata
asal dan tujuan senyatanya
menjadi surga bagi Ayahanda.


Putra Dewi Kunthi yang pertama,
bernama Basukarna,
oleh Sri Mangkuenagara
dalam tembang Tripama,
sebagai teladan para wiratamtama
rela berkorban bagi negara dan bangsa.


Putra kedua, Puntadewa,
raja yang berwatak utama
jujur, berwibawa, dan bijaksana,
serta memiliki budi pekerti mulia
menjadi kompas dari saudara-saudaranya,
terlebih akan rasa bakti dan panembahnya
sungguh-sungguh kepada Tuhan Yang Maha Esa,
yang menguasai semesta alam seisinya.


Putra ketiga, Bimasena,
tampak gagah dan perkasa
ksatria penegak kebenaran di dunia
pelindung dari para saudara Pandawa
juga dapat menemukan guru sejatinya
sang dewa bajang disebut Ruci Batara.


Putra keempat, bernama Arjuna
ksatria utama bergelar Dananjaya
pusaka sakti Pasopati dia punya
berhasil mesu budi di Gunung Indrakila,
tidak tergoyahkan akan rayu dan goda
tujuh bidadari sungguh cantik jelita
sehingga Manikmaya turun ke dunia
berkenan memberi Pasopati kepada Arjuna
untuk menyirnakan raksasa Niwatakawaca,
Jayadrata yang sembunyi di gedung baja,
saudara tuanya Basukarna di medan laga,
dan Aswatama yang hendak membunuh raja.


Titipan Dewi Madrim, dua putra
si kembar bernama Nakula dan Sadewa,
di tangan Dewi Kunthi menjadi ksataria
yang sungguh berbudi bawa laksana.

Keberhasilan mendidik putra-putranya
mereka menjadi ksatria purusatama
Dewi Kunthi disebut Mustika Wanita,
teladan utama bagi para ibu semua
sebagai tanda bahwa wanita
tidak sekadar memasak di dapur
bukan hanya teman di tempat tidur
ataupun hanya tukang cuci di sumur.

Bekasi, 16 Desember 2012

No comments:

Post a Comment

Pertemuan 15 Teori Sastra Tempatan