Wednesday, 4 January 2017

BALADA KAIN DAN HABIL

BALADA KAIN DAN HABIL

Selang tidak beberapa lama
Adam dan Hawa hidup di dunia
lahirlah seorang putra pertama
oleh mereka, Kain diberi nama
kelak dia setelah jadi dewasa
petani menjadi pencahariannya.

Lalu, lahirlah anak kedua mereka
juga seorang putra yang mulia
Habil sebagai tanda nama
kelak dia setelah jadi dewasa
berpencaharian ternak domba
sehari-harinya menjadi gembala.

Kain dan Habil secara nyata
menjadi anak-anak pertama
setelah Adam dan Hawa
terusir dari Taman Surga
dan harus hidup menderita
dengan pengembaraan di dunia
sesungguhnya mengemban karsa
membabarkan cinta kasih sesama.

Suatu ketika di hari yang telah ditentukan
Kain dan Habil mempersembahkan korban
bagi keduanya korban menjadi kebiasaan
sebagai tanda terima kasih kepada Tuhan.
Habil mengorbankan domba tambun rupawan,
sementara Kain, ala kadarnya yang dikorbankan
Habil pun berdoa dengan sepenuh keimanan
sementara Kain, beberapa kata yang diucapkan
terasa hambar dan hanya ada di permukaan
karena di dalam hati Kain itu tiada beriman
berdoa seolah jadi paksaan yang diwajibkan
oleh karenanya Tuhan pun membedakan
korban persembahan Habil diterima Tuhan
dan korban persembahan Kain dikembalikan.

Menyadari korban persembahannya dikembalikan,
Kain jadi temperamen, pemarah, dan bernafsu setan
setiap waktu dan setiap saat terus-menerus memikirkan
bagaimana cara melampiaskan apa yang menjadi kekesalan.

Akhirnya, Habil digelandang Kain ke ladang pembantaian
tanpa ampun lagi, sesampai di ladang Habil dibunuh Kain
begitu mayat Habil tergeletak di atas rerumputan
dan darahnya pun membasahi beberapa tanaman,
Kain terkejut, bingung, dan bercampur penyesalan
darah Habil yang melekat di tangan cepat dibersihkan
cepat-cepat Kain pergi dari tempat yang mengerikan
tiada berani kembali pulang ke Bapa di Taman Eden
sekalipun Adam dan Hawa tetap menantikan
Kain terus dan terus berjalan tanpa tujuan
menyusuri bumi pengembaraan
membawa serta beban penderitaaan
dijumpainya bencana dan kesengsaraan
di sepanjang pengembaraan dan zaman.

Bekasi, 10 Mei 2013

No comments:

Post a Comment

Pertemuan 15 Teori Sastra Tempatan