Thursday, 2 July 2015

SADUMUK BATHUK SANYARI BUMI DILABUHI TOHING PATI

 
SADUMUK BATHUK SANYARI BUMI
DILABUHI TOHING PATI

Falsafah Jawa: sadumuk bathuk sanyari bumi
dilabuhi tohing pati, secara harfiah dapat berarti
satu sentuhan pada wanita dan satu jengkal bumi
setiap orang akan membelanya hingga sampai mati.

Perkara hak, wanita, dan tanah merupakan harga diri
apabila ada orang lain mengganggu hak yang dimiliki
tentu, seseorang tersebut akan membela hingga mati
wanita, isteri, atau anak perempuan dijamah, dicabuli
ataupun orang lain berbuat iseng, jahil, menyelingkuhi
terhadap apa-apa yang sudah menjadi miliknya pribadi
bagi lelaki, suami, atau orang tua, membela sampai mati.

Bumi atau tanah hak milik, terlebih warisan orang tua
merupakan harta pusaka yang menuntut selalu dijaga
bilamana ada orang lain yang berusaha menguasainya
walaupun itu hanya sejengkal, banyaknya tak seberapa
wajib hukumnya, siapa saja pemiliknya untuk membela,
tentu, tak dibiarkan begitu saja lepas dari kekuasaannya
apabila perlu harus dibela hingga sampai korban nyawa.
 
Demikian halnya setia kita kepada tanah pusaka bangsa
Negara Kesatuan Republik Indonesia, yakni bumi persada
ibu pertiwi, ataupun tanah tumpah darah nusantara tercinta
kalau ada bangsa atau negara lain berusaha menguasainya
menjajah, menjarah, merampok, merendahkan martabat kita
walaupun hal itu hanya sejengkal, banyaknya tidak seberapa
bagi kita, tentulah wajib hukumnya untuk dapat membelanya,
tidak kita biarkan begitu saja dihina dan dijarah oleh mereka
apabila perlu harus kita bela hingga sampai korban nyawa.

Jadi, hal ini menuntut tanggung jawab kita sebagai bangsa
atas segala sesuatu yang sudah dipercayakan kepada kita
sesuatu yang berada dalam perlindungan, kekuasaan kita,
secara gagah berani dipertahankan hingga korban nyawa,
semata demi kehormatan, kewibawaan, tegaknya negara.

Jakarta, 2 Juli 2015




No comments:

Post a Comment

Pertemuan 15 Teori Sastra Tempatan