Sunday 28 June 2015

ZAMAN KERAJAAN JAWA




ZAMAN KERAJAAN JAWA

Zaman Kerajaan Pajajaran disebut Anderpati Kalawisesa.
Anderpati berarti sekuat tenaga mempertaruhkan hidupnya.
Kalawisesa adalah sebutan dari Sang Hyang Jagat Girinata.
Bermakna: pada waktu itu banyak orang melakukan tapa brata,
mengurangi segala hal akan kesukaan masalah-masalah dunia
semata hidupnya hanya dipersembahkan pada yang Maha Esa.

Zaman Kerajaan Majapahit disebut juga Raja Pati Dewa Nata.
Raja pati berarti raja dari rajanya raja atau juga Maharaja Diraja.
Dewa nata sebutan bagi seorang dewa turun ke dunia menjadi raja.
Bermakna: pada waktu itu yang bersinggasana di bumi tanah Jawa
adalah seseorang telah berderajat dewa yang turun ke dunia raya
semata mengemban tugas mengatur tata kehidupan para manusia
agar hidupnya menjadi lebih bermartabat, sejahtera, dan mulia.

Zaman Kerajaan Demak Bintara disebut pula Adiyati Kalawisaya.
Adiyati berarti sangat jujur dan mulia, sebutan bagi pendeta utama.
Kalawisaya sebutan bagi seorang raja atau waliyullah yang berbisa.
Bermakna: raja menobatkan para wali sanga sebagai pendeta utama
dengan misi menyebarkan agama Islam ke seluruh penjuru tanah Jawa
orang Majapahit yang tetap keyakinannya menyingkir ke Bali dan Brama
bagi mereka yang berpaham lain, Syeh Siti Jenar, misalnya, menjadi sirna.

Zaman Kerajaan Pajang hanya diperintah oleh raja Sultan Hadiwijaya
Nama lain dari Mas Karebet, Jaka Tingkir, menantu Sultan Trenggana
Zaman keempat dari kerajaan Jawa ini disebut juga zaman Kalajangga.
Kalajangga adalah sebutan bagi Sang Hayang Asmara, Batara Kamajaya.
Bermakna: zaman itu seluruh rakyat kerajaan Pajang suka berulah asmara
sehingga melalaikan kewajiban utama membangun tata kehidupan bangsa
oleh karena sengsemnya akan asmara cinta, membuat runtuhnya negara.

Zaman Kerajaan Mataram mencapai puncak kejayaan disebut Kalasakti.
Kalasakti adalah sebutan dari Sang Hyang Wisnu yang benar-benar sakti.
Bermakna: pada waktu itu raja dan segenap pegawai istana gemar mesudiri
berulah akan keprajuritan, mampu menakhlukkan lawan, mengusir Kompeni,
dan juga membuat kejayaan negara masyhur hingga ditakuti dan disegani,
wibawa negara benar-benar tegak sehingga setiap bangsa menghormati.

Bekasi, 28 Juni 2015

No comments:

Post a Comment

Pertemuan 15 Teori Sastra Tempatan