Tuesday 23 June 2015

MENGUKUR KESESUAIAN SASTRA



Judul Buku        : MENGUKUR KESESUAIAN SASTRA
                                PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH
Penulis               : Puji Santosa dan Djamari
Narasumber        : 1. Drs. Dhanu Priyo Prabowo, M.Hum.  
                                2. Dr. Yoseph Yapi Taum, M.Hum.
Penyunting Ahli  : Drs. Dhanu Priyo Prabowo, M.Hum.
                               (Peneliti Utama Bidang Sastra)
Penerbit             : Elmatera Publishing 
                               Jalan Waru 73 Kav 3 Sambilegi Baru 
                               Maguwoharjo, Yogyakarta 
                               Email: elmaterapublishing@yahoo.com 
                               Telepon: 0274-433287; 0274-552818
ISBN                    : 978-602-1222-37-9
Anggota IKAPI   : Nomor 064/DIY/09
Cetakan Pertama: Maret 2015
Jumlah Halaman : xvi + 148
Ukuran Buku        : 14,5 x 21cm

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

KATA PENGANTAR PENERBIT
 
Cukup banyak keluhan tentang pembelajaran apresiasi sastra di kalangan pelajar remaja, terutama pelajar sekolah menengah pertama (SMP). Ada anggapan bahwa tingkat pembelajaran apresiasi sastra di kalangan remaja pada umumnya belum memadai. Namun, di sisi lain sebagian pelajar sekolah menengah pertama (SMP), terutama di perkotaan atau kota-kota besar di Indonesia, juga memperlihat­kan minat baca yang tinggi, hanya tidak jelas apa yang diminati pelajar sekolah menengah pertama tersebut untuk dibaca dan dipelajarinya. Diharapkan bacaan siswa sekolah menengah tersebut adalah karya sastra yang sesuai dengan usia dan tingkat perkembangan kejiwaan pelajar remaja siswa sekolah menengah.
Apa yang dikemukakan di atas sesungguhnya baru pada tataran anggapan dan dugaan semata, yang perlu divalidasi lebih lanjut lewat suatu penelitian. Dalam rangka itulah penelitian ini mencoba mengukur kesesuaian karya sastra dan usia pembaca di dunia pendidikan sekolah menengah pertama (SMP). Karya sastra genre apa saja yang menjadi bacaan atau materi pembelajaran siswa sekolah lanjutan pertama yang sesuai dengan usia, minat, dan dunia remaja mereka yang masih mencari identitas diri.
Mengingat betapa pentingnya peran pembelajaran apresiasi sastra di sekolah menengah pertama (SMP), Elmatera dengan bangga menerbitkan buku kajian ilmiah bidang sastra Mengukur Kesesuaian Sastra Pada Siswa Sekolah Menengah ini dan menyajikannya yang terbaik kepada masyarakat. Semoga penerbitan buku ini dapat menambah khazanah publikasi hasil penelitian dan kritik sastra di Indonesia sebagai sumbangsih kami kepada masyarakat dan bangsa Indonesia. Selamat membaca dan mengapresiasi sajian penerbitan kami ini.
                                                                    Penerbit Elmatera
 ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
 
PENGANTAR PENYUNTING AHLI
 Mengukur tingkat pembelajaran apresiasi siswa sekolah menengah pertama (SMP) terhadap karya sastra untuk menemukan formulasi karya sastra yang sesuai dengan tingkat usia sekolah menengah pertama (SMP) tidaklah mudah. Agar formulasi tersebut dapat mengakomodasi pelbagai ragam kualitas sastra, genre sastra, dan latar belakang pendidikan siswa sekolah menengah pertama, maka ditentukannyalah sejumlah kriteria karya sastra yang akan diapresiasi oleh siswa sekolah menengah pertama. Setelah mempertimbangkan pelbagai hal, maka kriteria karya sastra yang diapresiasi siswa sekolah menengah itu ditentukan berdasarkan pada:
(1) topik/tema (tidak mengandung SARA),
(2) tingkat kerumitan gramatika,
(3) panjang pendek karya sastra,
(4) kerumitan konflik/alur cerita,
(5) kerumitan perwatakan (termasuk jumlah tokoh), dan
(6) tingkat pemicu imajinasi.
Berdasarkan kriteria dasar di atas disusurilah sejumlah teks karya sastra yang diajarkan pada siswa sekolah menengah pertama Kurikulum Tingkat Satuan Pelajaran (KTSP) 2008 dan Kurikulum 2013 dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia. Dalam buku pelajaran Bahasa Indonesia kelas VII, VIII, dan IX terdapat sejumlah teks karya sastra genre prosa, puisi, dan fragmen drama, baik sastra lama maupun sastra modern, menjadi materi ajar mata pelajaran Bahasa Indonesia. Setelah dilakukan pengamatan, pembacaan, peresapan, dan pelbagai pertimbangan atas dasar enam kriteria dasar kesesuaian karya sastra dengan usia pembaca di jenjang pendidikan sekolah menengah, maka dipilihlah puisi “Diponegoro” karya Chairil Anwar dan puisi “Sawah” karya Sanusi Pane yang kedua-duanya terdapat pada buku pelajaran Bahasa Indonesia kelas VII KTSP 2008. Kedua puisi tersebut oleh tim peneliti diasumsikan sebagai karya sastra yang sangat sesuai dengan usia pembaca pada jenjang pendidikan sekolah menengah pertama. Akan tetapi, tidak mungkin hanya dua teks puisi itu saja yang diujicobakan kepada sejumlah siswa sekolah menengah pertama. Tim peneliti berinisiatif menambah dua atau tiga teks sastra yang akan diujicobakan kepada siswa sekolah menengah pertama tersebut. Kemudian Tim peneliti menyusuri teks sastra lainnya di luar buku pelajaran Bahasa Indonesia SMP KTSP 2008 dan di luar buku pelajaran Bahasa Indonesia SMP Kurikulum 2013.
Setelah dilakukan penelusuran secara mendalam, dengan pertimbangan 6 kriteria dasar yang telah ditentukan di atas, dipilih dan ditentukan penambahan satu teks genre puisi (“Menyesal” karya Ali Hasjmy), satu teks genre cerita pendek (“Kacamata” karya Rosidah), dan satu teks genre fragmen drama (“Kuala” karya Mansur Samin). Dengan demikian ada lima teks sastra (3 genre puisi, 1 genre cerita pendek, dan 1 genre fragmen drama) terpilih yang akan diujicobakan kepada 100 siswa sekolah menengah pertama. Setiap teks sastra disertai kuesioner tertutup sebanyak enam persoalan dengan masing-masing pertanyaan terdapat empat alternatif jawaban. Dengan demikian terdapat 30 persoalan yang harus dijawab oleh siswa atas 5 teks sastra yang diapresiasinya. Tugas siswa sebagai responden adalah mimilih salah satu (a, b, c, atau d) jawaban yang dianggap paling benar atas alternatif jawaban masing-masing persoalan.
Persoalan apresiasi sastra yang disodorkan kepada siswa sekolah menengah pertama meliputi: (1) topik, tema, gagasan utama, (2) nilai estetika dan nilai etika, (3) bentuk sastra, (4) peranti puitis, (5) makna ungkapan, (6) diksi atau pilihan kata, (7) padanan kata, (8) gramatika, (9) perwatakan tokoh, (10) latar dan suasana, (11) kiasan atau metafora, (12) simbol, dan (13) pesan atau amanat yang terkandung dalam teks karya sastra. Ketiga belas persoalan tersebut dijabarkan menjadi 30 pertanyaan dengan 120 alternatif jawaban dalam bentuk kuesioner tertutup (pilihan a, b, c, atau d). Hasil jawaban 100 siswa sekolah menengah pertama (SMP Negeri 2 Bantul) atas ketiga belas persoalan itu sebagaimana telah kita ketahui dalam pembahasan Bab III.
Hasi penelitian menunjukkan bahwa pada dasarnya siswa SMP Negeri 2 Bantul, Yogyakarta, memiliki peringkat apresiasi sastra yang baik dan tinggi. Hal ini terbukti nilai setiap siswa bergerak antara nilai 60—90, jawaban benar 18—27 dari 30 persoalan, atau dari peringkat nilai madya sampai peringkat nilai sangat istimewa. Dua orang siswa mampu memperoleh nilai 90 atau peringkat nilai sangat istimewa, dan hanya ada 4 orang siswa yang memperoleh nilai 60 sebagai peringkat nilai madya. Dengan demikian ada 96 orang siswa yang memperoleh nilai 70—89 (jawaban benar 21—26 dari 30 persoalan) yang memiliki peringkat nilai apresiasi sastra unggul dan istimewa. Kemampuan apresiasi sastra siswa SMP Negeri 2 Bantul, Yogyakarta, yang baik dan tinggi tersebut membuktikan bahwa karya sastra yang diapresiasi (puisi “Diponegoro”, puisi “Menyesal”, puisi “Sawah”, cerpen “Kacamata”, dan fragmen drama “Kuala”) itu cocok atau sesuai dengan kemampuan siswa sekolah menengah pertama. Akan tetapi, dari hasil uji apresiasi terhadap 100 siswa SMP Negeri 2 Bantul tersebut kelima teks karya sastra yang menjadi materi apresiasi memiliki gradasi tingkat kesukaran yang berbeda. Puisi “Menyesal” karya Ali Hasjmy yang oleh Tim Peneliti diasumsikan sebagai karya sastra yang mudah diapresiasi, ternyata setelah diujicobakan kepada 100 siswa tersebut memiliki tingkat kesukaran pemahaman apresiasi yang tinggi. Hal ini terbukti dari 100 siswa tidak ada satu siswa pun yang mampu memperoleh peringkat nilai sangat istimewa. Sementara itu, cerita pendek “Kacamata” karya Rosidah memiliki tingkat apresiasi yang paling mudah dipahami oleh siswa sekolah menengah. Terbukti dari hasil uji coba terhadap 100 siswa yang mengapresiasi cerpen “Kacamata” tersebut berhasil memperoleh nilai sangat istimewa, benar semua, sebanyak 97 siswa.
Berdasarkan hasil penelitian terhadap siswa SMP Negeri 2 Bantul di atas membuktikan bahwa teks karya sastra yang sesuai dengan usia pembaca pada jenjang pendidikan sekolah menengah ditentukan oleh pilihan: (1) topik/tema yang sesuai dengan lingkungan dan usia siswa, misalnya tema semangat kebangsaan, cinta tanah air, kerja keras, jujur dan bertanggung jawab, serta pilihan hidup yang sesuai dengan keyakinannya; (2) tingkat kerumitan gramatika yang tidak begitu kompleks, bahasa yang mudah dipahami; (3) panjang pendek karya sastra yang tidak banyak memerlukan waktu untuk memahaminya; (4) kerumitan konflik atau alur cerita yang tidak begitu kompleks dan absurd; (5) kerumitan perwatakan, termasuk jumlah tokoh, yang tidak begitu panyak penafsiran; dan (6) tingkat pemicu imajinasi yang dapat cepat menggerakan pikiran siswa pada hal-hal yang dihadapinya sehari-hari.
Atas dasar alasan di atas, saya bangga bertindak sebagai penyunting ahli buku Mengukur Kesesuaian Sastra Pada Siswa Sekolah Menengah ini, baik dari sisi teknis bahasa maupun isi kajian yang mendalam tentang betapa pentingnya peran pembelajaran apresiasi sastra dalam pengembangan sastra di Indonesia. Hasil penelitian Saudara Puji Santosa dan Djamari ini mampu membuka cakrawala betapa kaya makna dan luasnya wawasan tentang kiat-kiat mengukur apresiasi karya sastra pada siswa yang menyenangkan, menghibur, menambah wawasan, kreatif, dan inovatif. Buku ini pantas dibaca khalayak masyarakat Indonesia yang membuka cakrawala tentang kiat-kiat mengukur dan mengevaluasi pembelajaran apresiasi sastra di sekolah menengah pertama (SMP).
                                                Drs. Dhanu Priyo Prabowo, M.Hum.
                                                Peneliti Utama Bidang Sastra
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
 
KATA PENGANTAR PENULIS
Kegiatan memberi penilaian atau penghargaan terhadap sastra itu hanya dapat dilaku­kan oleh seseorang yang mempunyai kemampuan apresiasi, betapa pun relatif sifatnya. Hanya orang yang mempunyai apresiasi senilah, khususnya karya sastra, yang dapat memberikan apresiasinya terhadap karya sastra. Sebagai konsekuensinya, apresiasi seseorang siswa terhadap karya sastra itu berbeda-beda tingkatannya: (1) ada yang rendah, sempit dan dangkal, (2) ada yang sedang-sedang saja atau semenjana, dan (3) ada pula yang tinggi, luas, mendalam, dan istimewa. Apabila kita mau mengikuti pola pemeringkatan UKBI (Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia) ada peringkat: Terbatas, Marginal, Semenjana, Madya, Unggul, Sangat Unggul, dan Istimewa. Dalam apresiasi sastra pun tampaknya juga ada pemeringkatan demikian dalam mengkukur tingkat kesesuaian sastra pada siswa SMP Negeri 2 Bantul, Yogyakarta, yang menjadi sampel penelitian kebijakan ini, tetapi dengan penyesuaian untuk apresiasi sastra.
Apresiasi seseorang terhadap karya sastra itu tidak mungkin langsung tinggi, luas, dan mendalam (istimewa), tetapi berangsur-angsur meningkat dari taraf yang terendah (terbatas, marginal), tersempit, dan terdangkal menuju ke taraf yang lebih tinggi (semenjana, madya, unggul), lebih luas, dan lebih mendalam, hingga ke tingkatan istimewa dan sangat istimewa. Dengan begitu tingkat apresiasi seseorang itu dapat ditingkatkan, dapat diperluas, dan dapat diperdalam sesuai dengan kemampuan yang dimiliki oleh sang apresiator. Hanya sang apresiatorlah yang harus berusaha sebaik-baiknya untuk dapat meningkatkan kemampuan apresiasinya terhadap karya sastra.
Cara meningkatkan apresiasi seseorang terhadap karya sastra dapat melalui kegiatan membaca karya sastra yang sebanyak-banyaknya, mendengar­kan pembacaan sastra sesering mungkin, dan juga menonton pertunjukan pentas sastra yang sebanyak-banyaknya. Kesediaan untuk terus-menerus membaca, mendengar, dan menonton pertunjukan pentas sastra adalah salah satu cara dalam upaya meningkatkan apresiasi terhadap karya sastra.
Buku Mengukur Kesesuaian Sastra Pada Siswa Sekolah Menengah merupakan hasil penelitian sastra yang kami tulis berdua. Buku hasil penelitian ini mengungkapkan masalah bagaimana mengukur kesesuaian sastra pada siswa sekolah menengah (SMP). Penelitian ini mengambil sampel sebanyak 100 responden siswa SMP Negeri 2 Bantul, Yogyakarta. Karya sastra yang diapresiasi siswa sekolah menengah itu ditentukan berdasarkan: (1) topik/tema (tidak mengandung SARA), (2) tingkat kerumitan gramatika, (3) panjang pendek karya sastra, (4) kerumitan konflik/alur cerita, (5) kerumitan perwatakan (termasuk jumlah tokoh), dan (6) tingkat pemicu imajinasi. Berdasarkan kriteria ini dipilihlah puisi “Diponegoro” karya Chairil Anwar, puisi “Sawah” karya Sanusi Pane, puisi “Menyesal” karya Ali Hasjmy, cerita pendek “Kacamata” karya Rosidah, dan fragmen drama “Kuala” karya Mansur Samin. Ada lima teks sastra (3 genre puisi, 1 genre cerita pendek, dan 1 genre fragmen drama) terpilih yang diujicobakan kepada 100 siswa SMP Negeri 2 Bantul. Setiap teks sastra disertai kuesioner tertutup sebanyak 6 soal dengan masing-masing pertanyaan terdapat empat alternatif jawaban pilihan ganda. Terdapat 30 soal yang harus dijawab oleh siswa atas 5 teks sastra yang diapresiasinya. Tugas siswa sebagai responden adalah mimilih salah satu (a, b, c, atau d) jawaban yang dianggap paling benar atas alternatif jawaban masing-masing soal. Hasil jawaban siswa itulah untuk menentukan peringkat apresiasi sastra siswa sekolah menengah. Kami berharap masyarakat Indonesia pantas membaca buku ini karena dapat membuka wawasan tentang kiat-kiat mengukur dan mengevaluasi tingkat apresiasi sastra siswa sekolah menengah dengan menggunakan skor peringkat kemampuan apresiasi sastra siswa, mulai peringkat Terbatas, Marginal, Semenjana, Madya, Unggul, Istimewa, dan Sangat Istimewa.
Akhirnya, selamat membaca dan mengapresiasi hasil penelitian sederhana ini. Tidak ada gading yang tidak retak. Apabila ada kekurangan, sesuatu yang salah dan kilaf, mohon koreksian, kritik, dan saran perbaikan atas buku ini. Salam dan doa.

Jakarta, 1 Maret 2015 
 Penulis 

No comments:

Post a Comment

Pertemuan 15 Teori Sastra Tempatan