Sunday, 21 July 2013

Merajut Kearifan Budaya

MERAJUT KEARIFAN BUDAYA


Judul buku      : Merajut Kearifan Budaya: Analisis Kepenyairan Darmanto Jatman
Penulis            : Puji Santosa dan Djamari
Penerbit           : Elmatera Publishing, Yogyakarta
Tahun Terbit    : 2012
Ukuran Buku   : 14 x 21 Cm
Tebal Buku      : xvi + 194 halaman

Kepenyairan Darmanto Jatman sudah tumbuh sejak masih berumur anak-anak. Ketika berusia lima tahun, Darmanto sudah terobsesi oleh kisah Putri Salju yang tertidur selama seribu tahun. Darmanto kecil kemudian berimajinasi untuk menjadi seorang Pangeran yang mencium dan mampu membangunkan Sang Putri tersebut. Pengalaman uniknya juga dialami oleh Darmanto ketika berusia sepuluh tahun, ia tertarik pada guru kelasnya, Ibu Sri Hastuti, yang hitam manis kayak gula jawa. Selanjutnya, ia merasa jatuh cinta pada guru kelasnya itu. Guru kelas itulah yang membangkitkan kreativitas dirinya untuk gemar membaca, baik buku Alkitab, cerita-cerita Alkitab dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru, buku dongeng-dongeng dari berbagai belahan dunia, maupun buku-buku tentang kebudayaan Jawa.
            Segala macam buku pada waktu itu ada menumpuk di ruang depan rumah orang tuanya, di Klitren Lor, Yogyakarta. Buku-buku itulah yang berhasil memperkenalkan dirinya dengan “dunia lain” yang ada di luar kesehariannya. Ia akrab dengan berbagai buku bacaan itu, mulai dari buku filsafat, kesusastraan, kesenian, politik, sosial, psikologi, dongeng, legenda, hingga tentang kebudayaan Jawa. Bacaan-bacaan itulah yang kemudian memberinya pengaruh kuat terhadap karya-karya yang ditulisnya. Secara ideologis, karena bacaan itulah Darmanto kecil matang sebelum waktunya. Sehingga ketika masih duduk di sekolah dasar, Darmanto kecil sudah mulai membuat coretan-coretan yang bakal menjadi sajaknya. Ketika duduk di bangku kelas enam SD, Darmanto sering berhenti di atas jembatan Kali Code, Kota Baru, Yogyakarta. Lalu, Darmanto memandangi sebuah masjid yang sedang dibangun dengan latar belakang Gunung Merapi dan Merbabu. Setelah pulang ke rumah, ia segera mengambil pena lalu dicurahkannya semua pandangan di atas jembatan Kali Code tadi pada sehelai kertas. Itulah peristiwa pertama kali ia menulis puisi tentang masjid yang baru dibangun di Kota Baru, Yogyakarta.
            Beberapa tahun kemudian, tepatnya pada saat Darmanto bersekolah di SMA III B Padmanaba Yogyakarta (1958), ia sudah aktif mengirimkan karya-karyanya ke berbagai lembaran remaja, antara lain, “Kawanku” suplemen dari koran Kedaulatan Rakyat Yogyakarta, dan “Remaja Nasional” sisipan dari harian Berita Nasional Yogyakarta. Kemudian, pada tahun 1960-an ia mengirimkan juga tulisan-tulisannya ke berbagai majalah penerbitan “dewasa”, seperti Tjerpen, Gema, Gelora, Pustaka dan Budaya, Mahasiswa Indonesia, Budaya Jaya, Zaman, Mimbar Indonesia, Horison, Basis, dan Sastra. Darmanto memulai kariernya dari menulis esai, naskah lakon, cerita pendek, baru puisi. Ia mengakui menulis esai karena terdesak akan kebutuhan hidup. Artinya, puisi-puisinya itu membutuhkan “gizi”. Ia menulis puisi dan membaca banyak buku agar esainya dapat lebih berbobot. Sementara itu, naskah lakon dan cerita pendek ditulis untuk mendukung puisi-puisi dan esai-esainya. Ia menanam esai dan akhirnya menuai puisi.

            Hingga tahun 2007 sebelum penyakit stroke dideritanya, Darmanto Jatman masih tetap aktif menulis di berbagai media massa dan penerbitan, seperti Suara Merdeka (Semarang), Kedaulatan Rakyat (Yogyakarta), Jawa Pos (Surabaya), Suara Pembaruan, dan Kompas (Jakarta). Darmanto juga duduk sebagai redaksi penyumbang majalah Humor, redaktur khusus majalah Tiara, pengasuh ruang konsultasi psikologi harian Jawa Pos, penulis tetap tabloid Mutiara, redaktur kebudayaan Dinamika Baru, Kampus, Suara Merdeka (Semarang), Tribun (Jakarta), dan memimpim koran kampus Manunggal (UNDIP) dan Forum (FISIP-UNDIP).
            Sekalipun puisi-puisi yang ditulis oleh Darmanto Jatman berdasarkan pengalaman personal, experiential poetry, tetapi jejak-jejaknya sebagai seorang perajut kearifan budaya Jawa lebih tampak jelas. Sajak “Sori Gusti”, misalnya, jelas merupakan pengaruh kuat dari sajak “Tuan” karya Sapardi Djoko Damono, yang berbunyi: “Tuan Tuhan, bukan? Tunggu sebentar,/ saya sedang keluar.” Dalam sajak “Sori Gusti” itu Darmanto lebih menguraikan argumentasinya mengapa si Tople meninggalkan Tuhan. Ketika menyambut Natal tahun 2001 si Tople absen dalam paduan suara (di Gereja) karena harus mencari nafkah ke mal dan ikut pula takbiran bersama kawan-kawannya. Paduan “suara” di Gereja pada hakikatnya menyuarakan pujian kepada Tuhan bersama-sama dalam bentuk nyanyian atau lagu. Takbiran itu juga merupakan “suara-suara” yang mengagungkan nama Tuhan dilakukan bersama-sama untuk menyongsong hari raya Lebaran (Idul Fitri atau Idul Adha). Demikian juga pengakuan dosa si Tople hakikatnya juga penyaluran “suara” batinnya kepada Tuhan.

            Merajut Kearifan Budaya: Analisis Kepenyairan Darmanto Jatman merupakan hasil analisis kami (Puji Santosa dan Djamari) atas keempat buku kumpulan puisi Darmanto Jatman, yaitu (1) Sang Darmanto (1976), (2) Golf untuk Rakyat (1994), (3) Isteri (1997), dan (4) Sori Gusti (2002). Keempat buku kumpulan puisi Darmanto Jatman tersebut secara jelas memberi gambaran perjalanan kepenyairan Darmanto Jatman dalam setengah abad. Sebagai seorang budayawan yang cendekia, jelas bahwa Darmanto Jatman mampu merajut kearifan budaya, khususnya budaya Jawa dan keimanan Nasrani yang dipeluknya dalam jalinanan hidup harmonis. Meski ada riak dan gelombang konflik batin menerpa dirinya, Darmanto Jatman tampak tegar menghadapi dan menyelaraskan kedua hal tersebut. Hidup sekadar mengalir dan menjalaninya penuh dengan kejujuran, sabar, narima, rela, dan akhirnya mencapai budi luhur.
                                                                                                                       


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR PENERBIT .....................................................................        v
PENGANTAR PENYUNTING AHLI .................................................................        vii
KATA PENGANTAR PENULIS ........................................................................        xi
   DAFTAR ISI .....................................................................................................        xv

BAB I   PENDAHULUAN ..................................................................................         1
1.1 Latar Belakang ...............................................................................         1
1.2 Perumusan Masalah ......................................................................         5
            1.3 Tujuan dan Ruang Lingkup ............................................................         6
            1.4 Manfaat Penelitian .........................................................................          7
            1.5 Metode dan Teknik ........................................................................          7
            1.6 Kerangka Teori ..............................................................................          8
            1.7 Populasi, Sampel, dan Sumber Data .............................................         9

BAB II  KEPENYAIRAN DARMANTO JATMAN ..............................................           13
            2.1 Pengantar ......................................................................................          13
            2.2 Riwayat Kepenyairan Darmanto Jatman .......................................         14
            2.3 Proses Kreatif dan Wawasan Estetik  ...........................................         24

BAB III MERAJUT KEIMANAN DAN KEARIFAN BUDAYA ...........................             33
            3.1 Pengantar .....................................................................................           33
            3.2 Sang Darmanto: Marajut Keimanan, Tragedi, dan Mitos ..............          34
            3.3 Golf untuk Rakyat: Aja Dumeh Adigang Adigung Adiguna ...........          66
            3.4 Isteri: Merajut Cinta Kasih, Kerinduan, dan Kemuliaan .................          92
3.5 Sori Gusti: Merajut Keberagaman Tujuh Banjaran ........................              127

BAB IV PENUTUP ...........................................................................................          161
            4.1 Simpulan .......................................................................................           161
            4.2 Saran ............................................................................................           163

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................          165
LAMPIRAN TRANSKRIP WAWANCARA .......................................................           169
BIODATA PENULIS ........................................................................................          185

2 comments:

  1. Pak Puji, apa boleh saya membeli bukunya, yang ini dan satu lagi tentang pandangan dunia Darmanto Jatman?

    ReplyDelete
  2. Mas Arya, buku Pandangan Dunia Darmanto Jatman sudah habis dan saya tidak memiliki lagi, bapak ibu Darmanto ketika tahun lalu saya ke rumah telah saya beri kopian tulisan saya yang dimuat dalam majalah Horison tahun 2003. Buku Merajut Kearifan Budaya saya terbitkan terbatas, belum sempat saya kirim ke Jalan Menoreh Raya 73 Semarang, ke rumah bapak-ibu, rencana 14 september mau ke Semarang menghadiri acara bedah buku kepala balai bahasa Jawa Tengah di Unesa, sekalian saya akan mampir ke rumah menoreh 73 sambil membawa buku merajut kearifan budaya. Kalau mas Arya memerlukan buku tersebut kasih alamat dan kontak ke email saya atau di inbok fb saya. Salam dan doa saya.

    ReplyDelete

Pertemuan 15 Teori Sastra Tempatan