MERAJUT KEARIFAN BUDAYA
Judul buku : Merajut
Kearifan Budaya: Analisis Kepenyairan Darmanto Jatman
Penulis :
Puji Santosa dan Djamari
Penerbit :
Elmatera Publishing, Yogyakarta
Tahun Terbit :
2012
Ukuran Buku : 14 x
21 Cm
Tebal Buku :
xvi + 194 halaman
Kepenyairan Darmanto Jatman sudah
tumbuh sejak masih berumur anak-anak. Ketika berusia lima tahun, Darmanto sudah
terobsesi oleh kisah Putri Salju yang tertidur selama seribu tahun. Darmanto
kecil kemudian berimajinasi untuk menjadi seorang Pangeran yang mencium dan
mampu membangunkan Sang Putri tersebut. Pengalaman uniknya juga dialami oleh
Darmanto ketika berusia sepuluh tahun, ia tertarik pada guru kelasnya, Ibu Sri
Hastuti, yang hitam manis kayak gula jawa. Selanjutnya, ia merasa jatuh cinta
pada guru kelasnya itu. Guru kelas itulah yang membangkitkan kreativitas
dirinya untuk gemar membaca, baik buku Alkitab,
cerita-cerita Alkitab dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru, buku
dongeng-dongeng dari berbagai belahan dunia, maupun buku-buku tentang kebudayaan
Jawa.
Segala
macam buku pada waktu itu ada menumpuk di ruang depan rumah orang tuanya, di
Klitren Lor, Yogyakarta. Buku-buku itulah yang berhasil memperkenalkan dirinya
dengan “dunia lain” yang ada di luar kesehariannya. Ia akrab dengan berbagai
buku bacaan itu, mulai dari buku filsafat, kesusastraan, kesenian, politik,
sosial, psikologi, dongeng, legenda, hingga tentang kebudayaan Jawa.
Bacaan-bacaan itulah yang kemudian memberinya pengaruh kuat terhadap
karya-karya yang ditulisnya. Secara ideologis, karena bacaan itulah Darmanto
kecil matang sebelum waktunya. Sehingga ketika masih duduk di sekolah dasar,
Darmanto kecil sudah mulai membuat coretan-coretan yang bakal menjadi sajaknya.
Ketika duduk di bangku kelas enam SD, Darmanto sering berhenti di atas jembatan
Kali Code, Kota Baru, Yogyakarta. Lalu, Darmanto memandangi sebuah masjid yang
sedang dibangun dengan latar belakang Gunung Merapi dan Merbabu. Setelah pulang
ke rumah, ia segera mengambil pena lalu dicurahkannya semua pandangan di atas jembatan
Kali Code tadi pada sehelai kertas. Itulah peristiwa pertama kali ia menulis
puisi tentang masjid yang baru dibangun di Kota Baru, Yogyakarta.
Beberapa
tahun kemudian, tepatnya pada saat Darmanto bersekolah di SMA III B Padmanaba
Yogyakarta (1958), ia sudah aktif mengirimkan karya-karyanya ke berbagai
lembaran remaja, antara lain, “Kawanku” suplemen dari koran Kedaulatan Rakyat
Yogyakarta, dan “Remaja Nasional” sisipan dari harian Berita Nasional
Yogyakarta. Kemudian, pada tahun 1960-an ia mengirimkan juga tulisan-tulisannya
ke berbagai majalah penerbitan “dewasa”, seperti Tjerpen, Gema, Gelora, Pustaka
dan Budaya, Mahasiswa Indonesia, Budaya Jaya, Zaman, Mimbar Indonesia, Horison,
Basis, dan Sastra. Darmanto memulai kariernya dari menulis esai, naskah lakon,
cerita pendek, baru puisi. Ia mengakui menulis esai karena terdesak akan
kebutuhan hidup. Artinya, puisi-puisinya itu membutuhkan “gizi”. Ia menulis
puisi dan membaca banyak buku agar esainya dapat lebih berbobot. Sementara itu,
naskah lakon dan cerita pendek ditulis untuk mendukung puisi-puisi dan
esai-esainya. Ia menanam esai dan akhirnya menuai puisi.
Hingga
tahun 2007 sebelum penyakit stroke dideritanya, Darmanto Jatman masih tetap
aktif menulis di berbagai media massa dan penerbitan, seperti Suara Merdeka (Semarang), Kedaulatan Rakyat (Yogyakarta), Jawa Pos (Surabaya), Suara Pembaruan, dan Kompas (Jakarta). Darmanto juga duduk
sebagai redaksi penyumbang majalah Humor,
redaktur khusus majalah Tiara,
pengasuh ruang konsultasi psikologi harian Jawa
Pos, penulis tetap tabloid Mutiara,
redaktur kebudayaan Dinamika Baru,
Kampus, Suara Merdeka (Semarang), Tribun
(Jakarta), dan memimpim koran kampus Manunggal
(UNDIP) dan Forum (FISIP-UNDIP).
Sekalipun
puisi-puisi yang ditulis oleh Darmanto Jatman berdasarkan pengalaman personal, experiential poetry, tetapi
jejak-jejaknya sebagai seorang perajut kearifan budaya Jawa lebih tampak jelas.
Sajak “Sori Gusti”, misalnya, jelas merupakan pengaruh kuat dari sajak “Tuan”
karya Sapardi Djoko Damono, yang berbunyi: “Tuan Tuhan, bukan? Tunggu
sebentar,/ saya sedang keluar.” Dalam sajak “Sori Gusti” itu Darmanto lebih
menguraikan argumentasinya mengapa si Tople meninggalkan Tuhan. Ketika
menyambut Natal tahun 2001 si Tople absen dalam paduan suara (di Gereja) karena
harus mencari nafkah ke mal dan ikut pula takbiran bersama kawan-kawannya.
Paduan “suara” di Gereja pada hakikatnya menyuarakan pujian kepada Tuhan
bersama-sama dalam bentuk nyanyian atau lagu. Takbiran itu juga merupakan
“suara-suara” yang mengagungkan nama Tuhan dilakukan bersama-sama untuk
menyongsong hari raya Lebaran (Idul Fitri atau Idul Adha). Demikian juga
pengakuan dosa si Tople hakikatnya juga penyaluran “suara” batinnya kepada
Tuhan.
Merajut
Kearifan Budaya: Analisis Kepenyairan Darmanto Jatman merupakan hasil
analisis kami (Puji Santosa dan Djamari) atas keempat buku kumpulan puisi
Darmanto Jatman, yaitu (1) Sang Darmanto
(1976), (2) Golf untuk Rakyat (1994),
(3) Isteri (1997), dan (4) Sori Gusti (2002). Keempat buku kumpulan
puisi Darmanto Jatman tersebut secara jelas memberi gambaran perjalanan
kepenyairan Darmanto Jatman dalam setengah abad. Sebagai seorang budayawan yang
cendekia, jelas bahwa Darmanto Jatman mampu merajut kearifan budaya, khususnya
budaya Jawa dan keimanan Nasrani yang dipeluknya dalam jalinanan hidup
harmonis. Meski ada riak dan gelombang konflik batin menerpa dirinya, Darmanto
Jatman tampak tegar menghadapi dan menyelaraskan kedua hal tersebut. Hidup
sekadar mengalir dan menjalaninya penuh dengan kejujuran, sabar, narima, rela,
dan akhirnya mencapai budi luhur.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR PENERBIT ..................................................................... v
PENGANTAR PENYUNTING AHLI
................................................................. vii
KATA PENGANTAR PENULIS ........................................................................ xi
DAFTAR ISI
..................................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN
.................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang
............................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah
...................................................................... 5
1.3 Tujuan dan Ruang Lingkup
............................................................ 6
1.4 Manfaat Penelitian
......................................................................... 7
1.5 Metode dan Teknik
........................................................................ 7
1.6 Kerangka Teori
.............................................................................. 8
1.7 Populasi, Sampel,
dan Sumber Data ............................................. 9
BAB II KEPENYAIRAN DARMANTO JATMAN
.............................................. 13
2.1 Pengantar
...................................................................................... 13
2.2 Riwayat Kepenyairan Darmanto
Jatman ....................................... 14
2.3 Proses Kreatif dan Wawasan
Estetik ........................................... 24
BAB III MERAJUT KEIMANAN DAN KEARIFAN BUDAYA ........................... 33
3.1 Pengantar
..................................................................................... 33
3.2 Sang Darmanto: Marajut Keimanan, Tragedi, dan Mitos .............. 34
3.3 Golf untuk Rakyat: Aja
Dumeh Adigang Adigung Adiguna ........... 66
3.4 Isteri: Merajut Cinta Kasih, Kerinduan, dan Kemuliaan
................. 92
3.5 Sori Gusti:
Merajut Keberagaman Tujuh Banjaran ........................ 127
BAB IV PENUTUP
........................................................................................... 161
4.1 Simpulan
....................................................................................... 161
4.2 Saran
............................................................................................ 163
DAFTAR PUSTAKA
........................................................................................ 165
LAMPIRAN
TRANSKRIP WAWANCARA ....................................................... 169
BIODATA PENULIS
........................................................................................ 185
Pak Puji, apa boleh saya membeli bukunya, yang ini dan satu lagi tentang pandangan dunia Darmanto Jatman?
ReplyDeleteMas Arya, buku Pandangan Dunia Darmanto Jatman sudah habis dan saya tidak memiliki lagi, bapak ibu Darmanto ketika tahun lalu saya ke rumah telah saya beri kopian tulisan saya yang dimuat dalam majalah Horison tahun 2003. Buku Merajut Kearifan Budaya saya terbitkan terbatas, belum sempat saya kirim ke Jalan Menoreh Raya 73 Semarang, ke rumah bapak-ibu, rencana 14 september mau ke Semarang menghadiri acara bedah buku kepala balai bahasa Jawa Tengah di Unesa, sekalian saya akan mampir ke rumah menoreh 73 sambil membawa buku merajut kearifan budaya. Kalau mas Arya memerlukan buku tersebut kasih alamat dan kontak ke email saya atau di inbok fb saya. Salam dan doa saya.
ReplyDelete