RELA
Sejatinya yang disebut rela:
kesediaan hati untuk menyerahkan semua miliknya,
wewenang, dan semua buah perbuatannya kepada
Tuhan yang Mahakuasa, dengan tulus ikhlas, lila legawa.
Hal itu menyadari bahwa semuanya berada
di dalam Kekuasaan Tuhan yang Maha Esa,
oleh karenanya, harus dan wajib tiada
sesuatu pun yang membekas di hati kita.
Orang yang mempunyai watak rela
tidak sepantasnya
mengharapkan imbalan jasa atas jerih payahnya,
apalagi jikalau sampai bersusah hatinya,
berkeluh-kesah mengenai semua derita
yang lazimnya disebut sengsara,
penghinaan, fitnah, kehilangan harta benda,
derajat, jabatan, pangkat, kematian, dan sebagainya.
Orang yang berwatak rela
tidak mempunyai keinginan sedikit jua
akan kehormatan dan kemasyhuran dunia,
apalagi rasa iri, dengki, tamak, aniaya, dan loba,
serta tidak suka mencampuri urusan orang diluar dirinya.
Orang yang sudah mempunyai watak rela:
tidak lekat pada segala sesuatu yang bersifat fana,
tidak terbelenggu oleh hal-hal yang bersifat dunia,
tetapi dia juga tidak melalaikan tugas dan kewajibannya.
Jadi, pada inti atau hakikatnya:
apabila engkau ingin mempunyai watak rela,
belajarlah dan biasakanlah dengan tulus ikhlas membantu sesama,
memberi pertolongan jikalau engkau diminta siapa saja,
terutama untuk suatu perbuatan kebajikan, hal-hal utama,
sesuai dengan kemampuan yang ada.
Dengan cara yang demikian itulah Anda,
sedikit demi sedikit, tentunya,
engkau akan sampai pada tataran jua:
tidak dikuasai dan tidak mengusai silau pesona maya dunia.
(Sumber: Sasangka Jati, Buku Tuntunan Hasta Sila, bab Rela)
Bekasi, 9 April 2010
Sejatinya yang disebut rela:
kesediaan hati untuk menyerahkan semua miliknya,
wewenang, dan semua buah perbuatannya kepada
Tuhan yang Mahakuasa, dengan tulus ikhlas, lila legawa.
Hal itu menyadari bahwa semuanya berada
di dalam Kekuasaan Tuhan yang Maha Esa,
oleh karenanya, harus dan wajib tiada
sesuatu pun yang membekas di hati kita.
Orang yang mempunyai watak rela
tidak sepantasnya
mengharapkan imbalan jasa atas jerih payahnya,
apalagi jikalau sampai bersusah hatinya,
berkeluh-kesah mengenai semua derita
yang lazimnya disebut sengsara,
penghinaan, fitnah, kehilangan harta benda,
derajat, jabatan, pangkat, kematian, dan sebagainya.
Orang yang berwatak rela
tidak mempunyai keinginan sedikit jua
akan kehormatan dan kemasyhuran dunia,
apalagi rasa iri, dengki, tamak, aniaya, dan loba,
serta tidak suka mencampuri urusan orang diluar dirinya.
Orang yang sudah mempunyai watak rela:
tidak lekat pada segala sesuatu yang bersifat fana,
tidak terbelenggu oleh hal-hal yang bersifat dunia,
tetapi dia juga tidak melalaikan tugas dan kewajibannya.
Jadi, pada inti atau hakikatnya:
apabila engkau ingin mempunyai watak rela,
belajarlah dan biasakanlah dengan tulus ikhlas membantu sesama,
memberi pertolongan jikalau engkau diminta siapa saja,
terutama untuk suatu perbuatan kebajikan, hal-hal utama,
sesuai dengan kemampuan yang ada.
Dengan cara yang demikian itulah Anda,
sedikit demi sedikit, tentunya,
engkau akan sampai pada tataran jua:
tidak dikuasai dan tidak mengusai silau pesona maya dunia.
(Sumber: Sasangka Jati, Buku Tuntunan Hasta Sila, bab Rela)
Bekasi, 9 April 2010
No comments:
Post a Comment