Wednesday, 8 August 2012

http://media.kompasiana.com/buku/2012/08/08/bangga-menjadi-komponen-cadangan/

13444282271086481663
(Foto dukumen pribadi)

Judul Buku : BANGGA INDONESIA: Menjadi Komponen Cadangan Tanah Air
Penulis : Budi Susilo Soepandji
Penerbit : Gramedia Widiasarana Indonesia (Grasindo)
Tahun : Cetakan III, Februari 2012
Halaman : xii + 144 halaman
Ukuran Buku : 14 x 21 Cm

Buku BANGGA INDONESIA: Menjadi Komponen Cadangan Tanah Air diditulis oleh Prof. Dr. Ir. Budi Susilo Soepandji, DEA., Gubernur Lembaga Pertahanan Nasional Republik Indonesia. Buku ini ditulis oleh beliau ketika masih menjabat sebagai Direktur Jenderal Potensi Pertahanan (Dirjen Pothan), Kementerian Pertahanan RI (2005-2011), dan diterbitkan pertama kali oleh Grasindo pada tahun 2010. Sebagaimana diketahui bahwa kiprah Budi Susilo Sopandji selepas menjabat sebagai Koordinator Kopertis Wilayah III, Jakarta dan sekitarnya (2004-2006), beralih profesi sebagai pemikir “insinyur” pertahanan negara. Atas jabatannya sebagai Dirjen Pothan itu memungkin beliau menjadi Ketua Kelompok Kerja (Pokja) Kementerian Pertahanan RI untuk menyusun RUU Komponen Cadangan Pertahanan Negara (2005-2009) dan RUU Keamanan Nasional (2008-2010).

1344428433732402561
(Sumber foto:http://www.lemhannas.go.id/portal/in/tentang-lemhannas/struktur-organisasi/gubernur.html)

Di tengah-tengah kesibukan Budi Susilo Soepandji yang padat, sebagai guru besar bidang Geoteknik Fakultas Teknik Universitas Indonesia, memberi kuliah di Lemhannas, kuliah program S-2 kerja sama bidang Manajemen Pertahanan Universitas Gadjah Mada, mengajar di Sesko Angkatan, Sesko TNI, dan Universitas Pertahanan (Unhan) yang berkaitan dengan konsep penggunaan Sumber Daya Nasional Nir Militer untuk pertahanan negara, saat ini populer diwadahi dalam Komponen Cadangan dan Pendukung Pertahanan Negara (2008-2010), aktif membantu Dirjen Strategi Pertahanan dalam proses pembentukan Universitas Pertahanan, dan menjembatani konsepsi sistem integrasi pendidikan militer dan nirmiliter bersama Kementerian Perndidikan Nasional, terlahirlah buku BANGGA INDONESIA: Menjadi Komponen Cadangan Tanah Air yang sungguh berkualitas dan luar biasa ini.

Menteri Pertahanan Republik Indonesia, Prof. Dr. Ir. Purnomo Yusgiantoro, dan Panglima TNI, Laksamana TNI Agus Suhartono, S.E., memberi kata sambutan yang membanggakan dan menyambut baik lahirnya buku ini. “Komponen cadangan, terdiri atas warga negara, sumber daya alam, sumber daya buatan, serta sarana dan prasarana nasional yang telah disiapkan untuk dikerahkan melalui mobilisasi. Dengan peran demikian itu, komponen cadangan memiliki kedudukan strategis sebagai subsistem dari sistem transformasi sumber daya nasional menjadi kekuatan pertahanan. Sistem transformasi ini menjadi kunci dari sistem pertahanan negara bersifat semesta karena kesemestaan itu berarti totalitas penggunaan sumber daya nasional untuk kepentingan pertahanan” (hlm.v), tulis Purnomo.

134442884829648668
(Sumber foto: http://belanegarari.wordpress.com/2012/01/31/pluralisme-dalam-program-pendidikan-reguler/

“Menyimak buku ini, mengajak kita semua untuk kembali memahami arti nasionalisme, patriotisme, dan bela negara dalam sistem pertahanan semesta seperti yang diamanatkan pada UUD 1945 pasal 30 ayat 2 yang menjadi dasar perlu adanya kebijakan tentang komponen cadangan dalam melaksanakan usaha Pertahanan Negara Republik Indonesia serta perbandingannya dengan beberapa negara lain” (hlm.vii) papar Laksamana TNI Agus Suhartono dalam kata sambutannya.

“Kata Pengantar” penulis, Budi Susilo Soepandji, menjelaskan akan maksud penerbitan buku BANGGA INDONESIA: Menjadi Komponen Cadangan Tanah Air sebagai upaya untuk menjawab berbagai pertanyaan masyarakat tentang apa manfaatnya Komponen Cadangan ini dibentuk, dan bagaimana persepsi masyarakat akan hal itu? Dengan membaca dan memahami buku inilah masyarakat Indonesia akan memperoleh gambaran betapa pentingnya negara-negara demokrasi, termasuk Indonesia, membuat Komponen Cadangan Pertahanan Negara. Dengan Komponen Cadangan inilah bangsa Indonesia mempertahankan negara dan bangsa dalam menghadapi berbagai ancaman, gangguan, tantangan, dan bahkan menghadapi ancaman militer perang, yakni peperangan model generasi ke-4, yaitu perang asimetris (hlm.x-xi).

Secara keseluruhan buku BANGGA INDONESIA: Menjadi Komponen Cadangan Tanah Air terdiri atas tujuh bab, yaitu (1) Pendahuluan, (2) Jatidiri dan Hargadiri Bangsa, (3) Spektrum Bela Negara, (4) Tantangan Pertahanan Terhadap Lingkungan Strategis, (5) Perspektif Komponen Cadangan, (6) Ekspektasi Pertahanan Total, dan (7) Penutup. Penyajian bab-bab yang demikian dapat secara memudahkan pembaca memahami akan alur paparan dan pemikiran Budi Susilo Soepandji yang begitu cerdas cendekia. Melalui pengamatan, penelitian yang panjang, dan analisis yang tajam tentang keberadaan komponen cadangan di negeri kita membuat buku ini menarik dan nikmat dibaca, membuat rasa senang, serta menambah keingintahuan pembaca akan isi buku untuk dapat dipahaminya secara baik.

Pada bagian akhir buku ini (hlm. 134-140) dimuat komentar pratisi dan para pakar pertahanan tentang isi buku BANGGA INDONESIA: Menjadi Komponen Cadangan Tanah Air, antara lain, “Setiap bentuk diplomasi tidak lepas dari unsur ‘kekuatan lunak’, ‘kekuatan cerdas’, dan ‘kekuatan keras’, masing-masing berupa diplomasi politik, diplomasi ekonomi, dan diplomasi pertahanan. Komponen cadangan memadukan ketiga unsur itu….” (Prof. Dr. Juwono Sudarsono, mantan Menteri Pendidikan Nasional dan mantan Menteri Pertahanan), “Komponen cadangan… pada masa damai merupakan penjuru kekuatan yang dahsyat memiliki kemampuan deterrent…., pada masa darurat… menjadi penguatan pada kekuatan militer dengan memobilisasi….” (Sjafrie Sjamsoeddin, Wakil Menteri Pertahanan), “… pengelolaan komponen cadangan sebagai sumber daya nasional merupakan bagian yang tidak terpisahkan sebagai kekuatan pertahanan di masa damai maupun masa perang….” (Dr. J. Kristiadi, Peneliti CSIS), dan “Analisis komprehensif tentang proses konversi sumber daya pertahanan merupakan kekuatan utama dari buku ini…” (Dr. Andi Widjajanto, pengamat petahanan, dosen FISIP Universitas Indonesia).

Komentar-komentar pratisi dan para pakar pertahanan itu begitu cerdas dan bernas yang mencerminkan kualitas isi buku dan penulisnya, Prof. Dr. Budi Susilo Soepandji, DEA, seorang pemikir “insinyur” pertahanan, yang berangkat dari konstruksi teknik sipil (S-1 insinyur teknik Universitas Indonesia), guru besar UI bidang geoteknik (S-2 dan S-3 Ecole Centrale Paris, Perancis, bidang mekanika tanah), terampil menguasai bidang geopolitik dan geostrategi (hasil kursus IHEDN Ecole de Guerre Perancis, Marshall Centre Munich-Jerman, dan APCSS Hawaii, kerja sama Stanford University di Palo Alto, California - USA), menuju ke masyarakat madani yang beradab dan bermartabat (dengan membangun karakter bangsa sesuai nilai-nilai Pancasila dalam wawasan kebangsaan Indonesia, atas dasar empat pilar kebangsaan: NKRI, Pancasila, UUD 1945, dan Bhineka Tunggal Ika).

Secara keseluruhan isi buku ini berhasil mengimplementasikan paradigma tarnsformasi pertahanan untuk mengkaji kebutuhan pembentukan komponen cadangan pertahanan negara. Kajian ini diharapkan dapat membuka jalan bagi penelitian-penelitian lanjutan untuk menganalisis betapa pentingnya transformasi pertahanan Indonesia. Buku ini juga secara bernas berhasil membangun suatu argumentasi akademik tentang perlunya Indonesia memiliki komponen cadangan pertahanan nasional serta mengarah pada pembentukan sistem pertahanan semesta yang kokoh, tangguh, dan unggul secara geopolitik dan geostrategi ketahanan nasional Indonesia. [Puji Santosa]

Pertemuan 15 Teori Sastra Tempatan