
(Foto dukumen pribadi)
Judul Buku : BANGGA INDONESIA: Menjadi Komponen Cadangan Tanah Air
Penulis : Budi Susilo Soepandji
Penerbit : Gramedia Widiasarana Indonesia (Grasindo)
Tahun : Cetakan III, Februari 2012
Halaman : xii + 144 halaman
Ukuran Buku : 14 x 21 Cm
Buku BANGGA INDONESIA: Menjadi Komponen Cadangan Tanah Air
 diditulis oleh Prof. Dr. Ir. Budi Susilo Soepandji, DEA., Gubernur  
Lembaga Pertahanan Nasional Republik Indonesia. Buku ini ditulis oleh  
beliau ketika masih menjabat sebagai Direktur Jenderal Potensi  
Pertahanan (Dirjen Pothan), Kementerian Pertahanan RI (2005-2011), dan  
diterbitkan pertama kali oleh Grasindo pada tahun 2010. Sebagaimana  
diketahui bahwa kiprah Budi Susilo Sopandji selepas menjabat sebagai  
Koordinator Kopertis Wilayah III, Jakarta dan sekitarnya (2004-2006),  
beralih profesi sebagai pemikir “insinyur” pertahanan negara. Atas  
jabatannya sebagai Dirjen Pothan itu memungkin beliau menjadi Ketua  
Kelompok Kerja (Pokja) Kementerian Pertahanan RI untuk menyusun RUU  
Komponen Cadangan Pertahanan Negara (2005-2009) dan RUU Keamanan  
Nasional (2008-2010).

(Sumber foto:http://www.lemhannas.go.id/portal/in/tentang-lemhannas/struktur-organisasi/gubernur.html)
Di  tengah-tengah kesibukan Budi Susilo Soepandji yang padat, sebagai 
guru  besar bidang Geoteknik Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 
memberi  kuliah di Lemhannas, kuliah program S-2 kerja sama bidang 
Manajemen  Pertahanan Universitas Gadjah Mada, mengajar  di Sesko 
Angkatan, Sesko TNI, dan Universitas Pertahanan (Unhan) yang  berkaitan 
dengan konsep penggunaan Sumber Daya Nasional Nir Militer  untuk 
pertahanan negara, saat ini populer diwadahi dalam Komponen  Cadangan 
dan Pendukung Pertahanan Negara (2008-2010), aktif membantu  Dirjen 
Strategi Pertahanan dalam proses pembentukan Universitas  Pertahanan, 
dan menjembatani konsepsi sistem integrasi pendidikan  militer dan 
nirmiliter bersama Kementerian Perndidikan Nasional,  terlahirlah buku BANGGA INDONESIA: Menjadi Komponen Cadangan Tanah Air yang sungguh berkualitas dan luar biasa ini.
Menteri  Pertahanan Republik Indonesia, Prof. Dr. Ir. Purnomo 
Yusgiantoro, dan  Panglima TNI, Laksamana TNI Agus Suhartono, S.E., 
memberi kata sambutan  yang membanggakan dan menyambut baik lahirnya 
buku ini. “Komponen  cadangan, terdiri atas warga negara, sumber daya 
alam, sumber daya  buatan, serta sarana dan prasarana nasional yang 
telah disiapkan untuk  dikerahkan melalui mobilisasi. Dengan peran 
demikian itu, komponen  cadangan memiliki kedudukan strategis sebagai 
subsistem dari sistem  transformasi sumber daya nasional menjadi 
kekuatan pertahanan. Sistem  transformasi ini menjadi kunci dari sistem 
pertahanan negara bersifat  semesta karena kesemestaan itu berarti 
totalitas penggunaan sumber daya  nasional untuk kepentingan pertahanan”
 (hlm.v), tulis Purnomo.

(Sumber foto: http://belanegarari.wordpress.com/2012/01/31/pluralisme-dalam-program-pendidikan-reguler/
“Menyimak  buku ini, mengajak kita semua untuk kembali memahami arti 
nasionalisme,  patriotisme, dan bela negara dalam sistem pertahanan 
semesta seperti  yang diamanatkan pada UUD 1945 pasal 30 ayat 2 yang 
menjadi dasar perlu  adanya kebijakan tentang komponen cadangan dalam 
melaksanakan usaha  Pertahanan Negara Republik Indonesia serta 
perbandingannya dengan  beberapa negara lain” (hlm.vii) papar Laksamana 
TNI Agus Suhartono dalam  kata sambutannya.
“Kata Pengantar” penulis, Budi Susilo Soepandji, menjelaskan akan maksud penerbitan buku BANGGA INDONESIA: Menjadi Komponen Cadangan Tanah Air
 sebagai upaya untuk menjawab berbagai pertanyaan masyarakat tentang apa
  manfaatnya Komponen Cadangan ini dibentuk, dan bagaimana persepsi  
masyarakat akan hal itu? Dengan membaca dan memahami buku inilah  
masyarakat Indonesia akan memperoleh gambaran betapa pentingnya  
negara-negara demokrasi, termasuk Indonesia, membuat Komponen Cadangan  
Pertahanan Negara. Dengan Komponen Cadangan inilah bangsa Indonesia  
mempertahankan negara dan bangsa dalam menghadapi berbagai ancaman,  
gangguan, tantangan, dan bahkan menghadapi ancaman militer perang, yakni
  peperangan model generasi ke-4, yaitu perang asimetris (hlm.x-xi).
Secara keseluruhan buku BANGGA INDONESIA: Menjadi Komponen Cadangan Tanah Air
 terdiri atas tujuh bab, yaitu (1) Pendahuluan, (2) Jatidiri dan  
Hargadiri Bangsa, (3) Spektrum Bela Negara, (4) Tantangan Pertahanan  
Terhadap Lingkungan Strategis, (5) Perspektif Komponen Cadangan, (6)  
Ekspektasi Pertahanan Total, dan (7) Penutup. Penyajian bab-bab yang  
demikian dapat secara memudahkan pembaca memahami akan alur paparan dan 
 pemikiran Budi Susilo Soepandji yang begitu cerdas cendekia. Melalui  
pengamatan, penelitian yang panjang, dan analisis yang tajam tentang  
keberadaan komponen cadangan di negeri kita membuat buku ini menarik dan
  nikmat dibaca, membuat rasa senang, serta menambah keingintahuan  
pembaca akan isi buku untuk dapat dipahaminya secara baik.
Pada bagian akhir buku ini (hlm. 134-140) dimuat komentar pratisi dan para pakar pertahanan tentang isi buku BANGGA INDONESIA: Menjadi Komponen Cadangan Tanah Air,
  antara lain, “Setiap bentuk diplomasi tidak lepas dari unsur ‘kekuatan
  lunak’, ‘kekuatan cerdas’, dan ‘kekuatan keras’, masing-masing berupa 
 diplomasi politik, diplomasi ekonomi, dan diplomasi pertahanan. 
Komponen  cadangan memadukan ketiga unsur itu….” (Prof. Dr. Juwono 
Sudarsono,  mantan Menteri Pendidikan Nasional dan mantan Menteri 
Pertahanan),  “Komponen cadangan… pada masa damai merupakan penjuru 
kekuatan yang  dahsyat memiliki kemampuan deterrent…., pada masa 
darurat… menjadi  penguatan pada kekuatan militer dengan memobilisasi….”
 (Sjafrie  Sjamsoeddin, Wakil Menteri Pertahanan), “… pengelolaan 
komponen  cadangan sebagai sumber daya nasional merupakan bagian yang 
tidak  terpisahkan sebagai kekuatan pertahanan di masa damai maupun masa
  perang….” (Dr. J. Kristiadi, Peneliti CSIS), dan “Analisis  
komprehensif tentang proses konversi sumber daya pertahanan merupakan  
kekuatan utama dari buku ini…” (Dr. Andi Widjajanto, pengamat  
petahanan, dosen FISIP Universitas Indonesia).
Komentar-komentar  pratisi dan para pakar pertahanan itu begitu cerdas 
dan bernas yang  mencerminkan kualitas isi buku dan penulisnya, Prof. Dr. Budi Susilo Soepandji, DEA,
  seorang pemikir “insinyur” pertahanan, yang berangkat dari konstruksi 
 teknik sipil (S-1 insinyur teknik Universitas Indonesia), guru besar UI
  bidang geoteknik (S-2 dan S-3 Ecole Centrale Paris, Perancis, bidang  
mekanika tanah), terampil menguasai bidang geopolitik dan geostrategi  
(hasil kursus IHEDN Ecole de Guerre Perancis, Marshall Centre  
Munich-Jerman, dan APCSS Hawaii, kerja sama Stanford University di Palo 
 Alto, California - USA), menuju ke masyarakat madani yang beradab dan  
bermartabat (dengan membangun karakter bangsa sesuai nilai-nilai  
Pancasila dalam wawasan kebangsaan Indonesia, atas dasar empat pilar  
kebangsaan: NKRI, Pancasila, UUD 1945, dan Bhineka Tunggal Ika).
Secara  keseluruhan isi buku ini berhasil mengimplementasikan paradigma 
 tarnsformasi pertahanan untuk mengkaji kebutuhan pembentukan komponen  
cadangan pertahanan negara. Kajian ini diharapkan dapat membuka jalan  
bagi penelitian-penelitian lanjutan untuk menganalisis betapa pentingnya
  transformasi pertahanan Indonesia. Buku ini juga secara bernas 
berhasil  membangun suatu argumentasi akademik tentang perlunya 
Indonesia  memiliki komponen cadangan pertahanan nasional serta mengarah
 pada  pembentukan sistem pertahanan semesta yang kokoh, tangguh, dan 
unggul  secara geopolitik dan geostrategi ketahanan nasional Indonesia. [Puji Santosa]