Sunday 1 February 2015

MASTUTI ING WIDHI


MASTUTI ING WIDHI

Secara harfiah, mastuti ing Widhi, bermakna:
melakukan bakti pada Tuhan Yang Maha Esa.



Sebagai hamba tentu wajib berbakti pada Ilahi,
hamba harus percaya kepada Sembahan Sejati,
hanya satu-satunya Tuhan ialah Allah, ya Robbi,
dipuja sepanjang masa, siang malam tiada henti.

 
Berbakti pada Ilahi menjadi kukuh tali kesadaran,
menjadikan pula terang dan lancarnya perjalanan
tiada aral melintang yang berarti hingga ke tujuan
selamat sejahtera di dunia dan akhirat kesudahan.


Salah satu cara bakti pada Tuhan Yang Maha Esa:
melaksanakan panembah secara benar, tepat guna.
Siapa wajib disembah harus sudah benar dipercaya,
di mana berada yang disembah sudah diketahuinya,
apa-apa menjadi syarat panembah telah dipenuhinya,
dan bagaimana cara panembah yang benar, niscaya
raga, cipta, hati, dan rasa manembah bersama-sama
sehingga manembah dapat meninggalkan alam dunia,
menyelam hingga jadi heneng-hening-eling, waspada.


Panembah yang benar mempunyai tiga daya guna:

Pertama, menundukkan Aku, suka bersimaharajalela,
Aku kita senantiasa membubung tinggi ke angkasa raya,
mudah terbakar emosi, iri, dengki, dendam, dan aniaya,
maka harus dapat menerima keadaan yang telah ada,
menerima berarti selalu bersyukur atas segala-galanya.


Kedua, lebih mengenal pikiran, perasaan, dan batin kita,
dapat mengintrospeksi diri seluk-beluk seorang hamba
sehingga memudahkan tuntunan dari Yang Maha Kuasa
pada hari-hari mengarungi gelombang bahtera kehidupan.


Ketiga, berusaha mengalihkan titik berat kesadaran ke jiwa,
suatu usaha supaya terlepas dari silap maya pesona dunia,
lambat laun mengurangi tali rasa ikatan pada alam semesta
sehingga pada akhirnya nanti dapat kembali ke hadirat-Nya.



Satuhu.

Bekasi, 1 Februari 2015



No comments:

Post a Comment

Pertemuan 15 Teori Sastra Tempatan